Showing posts with label Parenting School. Show all posts
Showing posts with label Parenting School. Show all posts

Monday, July 15, 2013

Kebiasaan Nonton TV Anak Meniru Orangtua

KOMPAS.com - Sebelum Anda memarahi si kecil karena terlalu sering menonton televisi, sebaiknya cobalah untuk berkaca. Kegemaran anak menonton TV boleh jadi merupakan cerminan kebiasaan orangtuanya.

Peneliti  Amy Bleakly mengatakan, yang paling menentukan waktu anak menonton TV adalah kebiasaan menonton TV orangtuanya.

"Jika orangtua menonton Tv di waktu senggang mereka, maka anak juga akan melakukannya," ujar peneliti dari University of Pennsylvanis's Annenberg Public Policy Center in Philadephia ini.

Studi ini menganalisa hasil survei yang melibatkan 629 dewasa dan 1.550 orangtua yang memiliki anak usia balita, 6 hingga 11, dan 12 hingga 17. Mereka ditanyai soal kebiasaan mereka menonton TV, termasuk durasinya dalam sehari.

"Secara umum, kami menemukan durasi orangtua menonton TV sangat berhubungan kuat dengan anaknya," ujar Bleakley.

Sayangnya, studi yang dipublikasi dalam jurnal Pediatics ini belum dapat secara jelas menentukan program yang ditonton peserta survei. Seperti yang diketahui, tidak semua program TV baik ditonton anak. Ada program yang berpotensi memicu anak untuk melakukan aktivitas berbahaya.

Selain itu, menurut Russ Jago, profesor aktivits fisik anak dan kesehatan masyarakat di University of Bristol Inggris, duduk di depan TV terlalu lama bisa meningkatkan risiko obesitas dan penyakit baik pada anak maupun pada orang dewasa.

"Namun ada juga program yang bermanfaat bagi anak karena anak bisa belajar melalui media yang berbeda," ujarnya.

Menurut Jago, menonton TV sebenarnya bukanlah hal yang buruk, namun dibutuhkan moderasi untuk melakukannya. Studi ini, lanjut Jago, memberikan pencerahan untuk menentukan target potensial intervensi pengurangan waktu menonton TV anak.

American Academy of Pediatrics merekomendasikan durasi menonton TV untuk anak yaitu tidak lebih dari dua jam sehari. Bahkan untuk anak di bawah 2 tahun, sebaiknya tidak menonton TV sama sekali.
Sumber :
Editor :
Lusia Kus Anna



Sunday, August 5, 2012

SDIT Anak Sholeh Sedayu Parenting : CARA MENINGKATKAN DAYA INGAT


(Tugas ini sebagai iqob keterlambatan masuk sekolah )
Oleh : Dian Puspitasari H.J

Apakah Anda mengalami lebih sulit mengingat hal-hal dibanding sebelumnya? Jika demikian, Anda tidak sendirian. Beberapa orang yang sudah tua, daya ingat mereka mungkin tidak cukup kuat. Namun walaupun beberapa dari penurunan daya ingat mungkin faktor alami yang terjadi seiring dengan penambahan usia, sebagian besar sebenarnya merupakan faktor yang Anda dapat kontrol dan cegah.
Berikut beberapa tips untuk meningkatkan daya ingat dan hal-hal lain yang dapat Anda lakukan untuk menjaga pikiran Anda tetap tajam. Solusi alami untuk Meningkatkan daya ingat. Gunakan tips-tips ini untuk meningkatkan daya ingat dan belajar bagaimana mencegah pikun:
1.  Jaga Pikiran Anda tetap Aktif.  Jika Anda terus-menerus mendorong diri  Anda untuk trus belajar keterampilan baru dan praktek yang sudah ada, Anda akan membantu daya ingat Anda menjadi yang terbaik. Beberapa kegiatan meliputi membantu menyelesaikan teka-teki silang, bermain catur, menghafal puisi dan mengikuti perkembangan politik.
2.  Pastikan Anda Cukup Tidur.  Jika tidak, pikiran Anda mungkin lelah dan ini dapat menyebabkan penurunan daya ingat.
3.  Kurangi stres sebanyak mungkin dari kehidupan Anda.  Bila Anda memiliki banyak kecemasan dalam pikiran Anda, Anda dapat menemukan diri Anda menjadi lebih pelupa.
4.  Perhatikan apa yang Anda makan.  Ketika Anda makan makanan yang kaya akan antioksidan, seperti brokoli dan buah, dan omega 3, seperti minyak zaitun dan ikan, Anda memberikan otak Anda makanan yang dibutuhkan untuk berfungsi yang terbaik. Selain itu, tanaman dan sayuran juga penting dalam mempertahankan fungsi otak.
5.  Segera obati masalah kesehatan Anda, termasuk kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi, seperti yang ditentukan, karena memburuknya masalah ini dapat memiliki dampak negatif pada pikiran Anda.
6.  Bersosialisasi sesering Anda bisa. Dengan tetap bersosialisasi dengan keluarga dan teman, Anda dapat membantu pikiran Anda tetap kuat.
7.  Kenali tanda-tanda Depresi Anda. Orang dewasa yang mengalami depresi beresiko untuk menjadi bingung dan pelupa. Jika Anda pikir Anda bisa menjadi depresi, carilah bantuan profesional segera mungkin.
8.  Periksa tekanan darah Anda secara rutin. Tekanan darah tinggi yang tidak diobati dapat mempengaruhi memori Anda.
9.  Hindari cedera yang dapat mengakibatkan hilangnya daya ingat. Kenakan helm jika Anda sepeda, dan pastikan rumah Anda aman untuk membantu menghindari jatuh.
10.  Jauhi alkohol, yang bila digunakan secara berlebihan, dapat mengakibatkan hilangnya ingatan dan kebingungan.
Setelah membaca tips meningkatkan daya ingat ini, Anda sekarang tahu cara untuk mencegah hilangnya ingatan. Meningkatkan Daya Ingat mungkin melibatkan beberapa perubahan gaya hidup, tapi hasilnya setimpal. Solusi alami ini dapat membantu Anda meningkatkan daya ingat  dalam waktu singkat!

Friday, August 3, 2012

SDIT Anak Sholeh Sedayu Parenting : Nggak Nyambung dengan Anak, Inilah Masalah yang Terbesar

 Sayang anak-anak kita (ilustrasi) 
sumber : lazisjateng.or.id

Boleh dibilang ini dia materi paling hot dalam dunia pengasuhan, yakni komunikasi dengan anak. Kebanyakan orang tua mengeluhkan komunikasi dengan anak tidak pernah nyambung atau dengan anak tak pernah akur, kata Zainal Fanani, trainer parenting dari Yogyakarta.

Komunikasi dalam pengasuhan anak adalah materi yang umum disajikan kursus parenting. Untuk YKBH, materi ini adalah merupakan pelatihan dasar sebelum merambah masalah lain.

Menurut Rani Noekman dari YKBH, sebenarnya masalah utama dalam komunikasi adalah kurangnya pemahaman orang tua terhadap perasaan anak-anaknya. Pengelolaan emosi dalam keluarga agak terabaikan kalau enggan dibilang terhambat.

Selain itu, ada perbedaan gaya komunikasi. Rani melihat generasi yang dihasilkan saat ini sangat lugas. Mereka sangat terbuka. Berani menyatakan pendapat. Semakin jago ngeles, katanya.

Untuk menghadapi mereka, tentu tidak bisa dengan cara kuno. Cara komunikasi yang hierarkis dan tidak demokratis pasti tidak akan efektif,’’ ujarnya. Oleh karena itu, orang tua perlu belajar, tak lain karena mereka berasal dari zaman yang berbeda.

Redaktur: Endah Hapsari
Reporter: Fitria Andayani
 
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/07/16/m78tnz-nggak-nyambung-dengan-anak-inilah-masalah-yang-terbesar

Thursday, August 2, 2012

SDIT Anak Sholeh Parenting : CARA MUDAH MENJAGA KESEHATAN GIGI ANAK



Ketika bayi mulai tumbuh gigi antara usia empat sampai sembilan bulan, ketika air liurnya lebih dari sebelumnya atau ketika tangannya biasa diletakkan di mulut dan sering mengunyah apa pun. Orang tua harus mulai memperhatikan kesehatan gigi dan mulut bayi secara khusus meskipun masih disebut gigi tidak permanen.
Banyak orangtua yang mengabaikan kesehatan gigi bayi dan anak-anak hingga giginya mulai menghitam, berlubang dan tanggal sebelum waktunya. Menurut para ahli gigi, kesehatan gigi bayi dan anak pada akhirnya akan menentukan kesehatan gigi permanennya.

Berikut Ini Beberapa Tips Kesehatan Gigi Anak
1. Mengurangi minum minuman manis karena anak-anak biasanya lebih suka minuman berasa seperti sirup dan es krim yang mengandung gula sederhana yang tidak baik untuk kesehatan gigi juga untuk kadar gula dalam darah. Memberi jus buah yang kaya gula alami dan usahakan hanya pada saat makan.
2. Minum dengan gelas dan bukan botol susu karena minuman yang mengandung gula jika diberikan dengan botol, akan mengalir terus menerus pada gigi dan dalam waktu lama. Namun jika menggunakan sendok atau cangkir maka minuman akan terteguk dan tertelan secara langsung. Jangan memberikan susu dari botol sambil dia tidur malam, karena produksi air liur berkurang dan karena itu tidak dapat melindungi gigi terhadap produksi asam. Jadi sebaliknya, selesaikan minum susu, lalu sikat gigi sebelum tidur.
3. Membuat jadwal makan lima kali sehari yaitu sarapan, camilan pagi, makan siang, teh sore dan makan malam. Balita aktif biasanya sering makan, tapi jangan memberikan terlalu banyak makan di antara waktu makan.
4. Menyediakan camilan sehat dan menghitung kadar gula dalam makanan ringan. Jika Anda ingin memberi camilan manis sesekali, lebih baik memilih coklat daripada permen. Saat makan, pastikan makanan cepat dikunyah dan ditelan langsung bukannya diemut.
5. Menyikat gigi dua kali sehari setelah gigi pertama tumbuh dan mulai membersihkan dengan sikat yang lembut. Pada bayi tidak disarankan untuk menggunakan pasta gigi, tetapi dapat dengan menggunakan air bersih saja untuk membersihkan giginya. Cara yang baik untuk menyikat adalah dengan gerakan memutar dengan fokus pada bagian baru ke bagian berikutnya. Sikat bagian belakang gigi sampai batas gusi dan ajarkan anak untuk berkumur dan meludah setelah selesai.
6. Mengunjungi dokter gigi sejak anak berusia satu tahun dan ke dokter gigi setiap enam bulan. Dengan pemeriksaan rutin maka masalah kesehatan gigi dapat ditangani dengan cepat sehingga anak-anak dapat memiliki gigi yang sehat.
Demikian tips menjaga kesehatan gigi anak. Semoga bermanfaat.

(tugas ini sebagai pengganti iqob keterlambatan masuk sekolah )
Oleh : Dian Puspitasari H.J

Wednesday, August 1, 2012

SDIT Anak Sholeh Parenting : 9 TIPS BELAJAR EFEKTIF



Belajar merupakan proses terus-menerus sampai nafas terakhir. Pada saat yang sama, kita harus menjadi pembelajar yang lebih efektif. Kita harus ingat apa yang kita pelajari dan harus mampu mengingat setiap kali diperlukan untuk memanfaatkan secara efektif. Ada beberapa langkah yang bisa kita ambil untuk meningkatkan kualitas belajar kita.
1.  Ada beberapa cara yang efektif untuk meningkatkan daya ingat kita. Cara terbaik adalah untuk meningkatkan fokus. Hal ini telah dibuktikan bahwa jika Anda menyusun waktu belajar Anda dan berhenti menjejal banyak hal sekaligus, Anda dapat meningkatkan fokus Anda yang pada akhirnya akan meningkatkan memori Anda.
2.  Jika Anda belajar dan berlatih keterampilan baru, Anda dapat meningkatkan kualitas belajar Anda. Ini berarti bahwa Anda tidak boleh berhenti belajar hal baru atau keterampilan baru. Pembelajaran yang efektif yaitu Anda perlu berlatih apa yang Anda pelajari terus menerus.
3.  Langkah penting berikutnya adalah Anda harus menggunakan lebih dari satu cara untuk belajar keterampilan baru. Anda dapat mereproduksi apa yang Anda pelajari dengan menuliskannya dalam kata-kata Anda sendiri atau menjelaskan ke teman atau rekan dekat. Hal ini membuat belajar Anda lebih efektif. Menurut para ahli, otak akan menggunakan daerah yang lebih dalam proses ini, ini akan menyimpan apa yang Anda pelajari. Hal ini meningkatkan interkoneksi di dalam otak. Untuk kebutuhan tertentu, Anda akan menggambar data dari semua daerah. Apa yang sebenarnya Anda lakukan adalah “referensi silang” dan bukan “menghafal sederhana”. Banyak cara lain untuk belajar efektif adalah dengan mengajarkan apa yang telah Anda pelajari ke beberapa orang lain. Dalam contoh di atas dalam mempelajari bahasa baru, Anda dapat menerjemahkan pelajaran Anda menggunakan kata-kata Anda sendiri, sehingga memperkuat pengetahuan yang Anda peroleh. Anda juga dapat mencoba berpartisipasi dalam diskusi kelompok dan mengekspresikan apa yang Anda pelajari dengan kata Anda sendiri.
4.  Belajar relasional adalah cara terbaik untuk membuat proses belajar Anda lebih efektif. Dalam proses ini, Anda akan menggunakan pembelajaran masa lalu Anda untuk membantu Anda dalam belajar hal baru. Karena Anda sudah tahu hal-hal tertentu, usaha Anda untuk belajar pelajaran baru akan lebih cepat.
5.  Pengalaman praktis akan membantu Anda untuk belajar lebih efektif. Ada banyak ketrampilan yang dapat dimasukkan untuk berlatih. Bahkan dalam kasus belajar bahasa baru, jika Anda berlatih berbicara dengan orang lain yang sudah tahu bahasa, Anda akan dapati bahwa hal ini sangat berguna.
6.   Ketika Anda mempelajari keterampilan baru dan jika Anda lupa langkah tertentu, bukan berjuang untuk mengingat langkah-langkahnya, lebih baik untuk mencari jawabannya. Penelitian telah menunjukkan bahwa jika Anda terus mencoba untuk mengingat jawaban yang benar, Anda akan tetap berada di “zona kesalahan” untuk jangka waktu lebih dan ini akan terbukti merugikan bagi proses belajar Anda.
7.  Setiap orang memiliki cara terbaik sendiri dalam belajar. Anda harus mencoba untuk menemukan itu dan mengadopsinya untuk belajar keterampilan baru secara efektif.
8.  Ujilah apa yang Anda pelajari sesering mungkin untuk meningkatkan kemampuan Anda untuk belajar. Anda akan ingat hal yang lebih nyaman dengan mengikuti langkah ini.
9.  Penelitian terbaru telah menyangkal teori bahwa multitasking baik untuk belajar.  Multitasking menghambat proses pembelajaran. Anda akhirnya akan menjadi pembelajar tidak efisien. Jadi, Anda harus fokus pada belajar satu keterampilan dan hanya setelah Anda menyelesaikannya sejauh yang diperlukan, Anda baru beralih ke yang berikutnya.
(Tugas ini sebagai pengganti iqob keterlambatan masuk sekolah )
Oleh : Dian Puspitasari H.J

SDIT Anak Sholeh Sedayu Parenting : Anak Sering Membantah, Kritis atau...

Benarkah anak zaman sekarang suka membantah?  Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Dr T Priyo Widiyanto MSi, mengakui ada perbedaan kultur antara anak-anak masa kini dan generasi sebelumnya.

Dahulu, seorang anak selalu menurut bila diperintah orang tuanya. ''Karena kalau membantah apa yang diperintahkan orang tua pasti langsung dimarahi,'' katanya,''Khususnya di budaya Jawa, kalau anak membantah dengan orang tua diberi label tidak sopan, tidak tahu unggah-ungguh.''


Kini, perkembangan terjadi dengan semakin meluasnya arus informasi dan perubahan pola asuh. Hampir semua film anak-anak di televisi mengandung adegan bantah-membantah. Misalnya, film Sinchan. Si kecil Sinchan yang masih duduk di taman kanak-kanak kerap membantah ayah-ibunya. Alhasil, bila anak gemar menonton film bermuatan seperti itu maka film tersebut bisa menjadi model baginya.

Di sisi lain, orang tua sekarang juga sudah tidak bisa lagi bersikap keras seperti pendahulu mereka dulu. Mereka menghindari sikap keras karena khawatir anak-anak akan lari dari rumah atau anak mungkin menjadi penurut tetapi kreativitasnya tidak berkembang. Maka orang tua masa kini lebih menerima anak dengan keberaniannya mengemukakan pendapat dengan segala masalahnya.
Membantah itu tidak selalu jelek. Priyo Widiyanto berpendapat, anak boleh membantah sejauh bantahan itu menyangkut hal-hal yang prinsip dan perlu dipertahankan bahwa itu menyangkut kebenaran universal. ''Karena kadang tidak semua orang tua itu baik,'' katanya.

Misalnya, bila anak menolak ketika disuruh membuang sampah di depan rumah tetangga. Itu berarti si anak memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan tetangga yang lebih tinggi daripada orang tuanya. Konflik semacam itu biasanya diketemukan ketika anak sekolah dan belajar nilai-nilai baik yang bertentangan dengan ajaran orang tua di rumah.
Bagaimana cara membedakan antara perilaku menyimpang dan anak yang hanya ingin menyatakan independensinya? Ingatlah, tanda-tanda pertama dari otonomi adalah perkembangan alami anak-anak. Mereka membantah untuk menguji batas, belajar mengetahui apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Yang tak bisa diterima adalah bila bantahan itu untuk menyakiti hati orang lain.


Redaktur: Endah Hapsari
Reporter: Nina Chairani
 
Sumber :http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/07/31/m80nex-anak-sering-membantah-kritis-atau

Monday, July 30, 2012

SDIT Anak Sholeh Sedayu Parenting : Anak Bicara Kasar, Inilah Solusi yang Tepat

Anak sering berkata kasar boleh dibilang amat membuat resah orang tua. Namun, ada baiknya jangan buru-buru kesal pada anak bila berperilaku demikian.Menurut Linda Braun, direktur pelaksana dari Families First Parenting Programs di Cambridge, AS, anak bicara kasar adalah bagian dari keinginan anak untuk membantah keinginan orang tua.

Linda menyebutkan, pada dasarnya, membantah bisa dikelompokkan menjadi dua tipe: menggerutu dan bicara kasar. Menggerutu jelas lebih 'halus' ketimbang bicara kasar. Misalnya, saat disuruh mencuci piring seluruh anggota keluarga sesudah makan, anak bisa saja menggerutu. ''Huh, dasar semua mau enak-enakan aja,'' begitu bisa omelannya.Gerutuan tak selalu menunjukkan rasa tidak hormat. Gerutuan lebih merupakan keluhan, mungkin sedikit provokatif, ada upaya menarik Anda masuk dalam perdebatan. Tapi, bila tidak ditanggapi, gerutuan bisa mati sendirinya.

Gerutuan tak selalu menunjukkan rasa tidak hormat. Gerutuan lebih merupakan keluhan, mungkin sedikit provokatif, ada upaya menarik Anda masuk dalam perdebatan. Tapi, bila tidak ditanggapi, gerutuan bisa mati sendirinya. Lain lagi dengan bantahan kasar menggunakan kata-kata kasar. Ini membutuhkan tindakan. Ucapan kasar bersifat menghina dan kurang ajar atau menantang hak dan otoritas Anda secara langsung. Misalnya, saat dilarang mengganggu adiknya, si kakak malah ganti menghardik,''Biarin!'' atau ''Diem. Dasar bawel!''

Intinya, kata-kata kasar adalah ucapan yang tidak menyuburkan pertemanan atau malah 'mendatangkan musuh'. Karena itu, bila anak-anak belajar mengontrol ucapannya, akan lebih baik untuknya dan orang lain. Bantahan anak boleh jadi kasar. Namun, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Dr T Priyo Widiyanto MSi, mengingatkan bahwa itu tak selalu berarti bahwa di dalam diri anak sudah tumbuh perasaan ingin menyakiti orang lain. Bisa saja si kecil yang sedang dalam proses belajar itu hanya meniru teman tanpa paham maknanya.

Ucapan kasar bila dibiarkan akan tumbuh subur. Ujung-ujungnya akan menjadi tantangan kronis bagi upaya Anda mendisiplin anak untuk kepentingannya sendiri. Priyo mengakui, kadang orang tua tidak sabar menghadapi anak yang suka membantah.

Ia mengingatkan, bila orang tua memukul dan membalas dengan kata-kata kasar pula, kekasaran si anak akan meningkat. Sebab, ia belajar dari orang tua yang kasar. Namun, bila bantahan anak secara tidak rasional, orang tua harus tegas. Misalnya, pada kasus anak yang disuruh shalat selalu membantah dan menunda-nunda.

Alumni Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada ini menyarankan agar orang tua bisa memberikan penjelasan-penjelasan yang semakin luas bila sang anak suka membantah. Dengan begitu anak mengerti jika ia membantah terus-menerus kepada orang tua akan terbentuk menjadi orang yang suka membantah.

Akibatnya, bila terbawa pada lingkungan pergaulan, ia tak akan punya teman. Penting diingat, Anda tengah membantu anak mengembangkan kemampuan menyatakan pendapat tanpa menginjak perasaan orang lain. Suatu keterampilan berharga yang akan berguna seumur hidupnya.

Redaktur: Endah Hapsari
Reporter: Nina Chairani

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/07/31/m80o2u-anak-bicara-kasar-inilah-solusi-yang-tepat

Monday, July 16, 2012

SDIT Anak Sholeh Parenting: Otak Anak 'Miskin', Otak Anak 'Kaya'

Anak dengan bakal cemerlang dan kecerdasan lebih sering diperlakukan salah
 sehingga malah kesulitan ketika belajar di sekolah (ilustrasi)
 Para peneliti menemukan ada perbedaan antara otak anak ‘miskin’ dan otak anak ‘kaya’. Para peneliti dari Helen Wills Neuranoscience Institute dan the School of Public Health, University of California, Berkeley, mendeteksi ada perbedaan respons bagian otak depan pada kedua kelompok anak itu. Yakni, prefrontal cortex, bagian otak yang mengontrol tugas kognitif seperti pemecahan masalah dan kreativitas.

Sebanyak 26 anak normal berusia 9-10 tahun dikerahkan untuk penelitian ini. Separuh dari mereka dari keluarga berpendapatan tinggi atau status sosial ekonomi tinggi (SSE) dan seperuh lagi SSE rendah. Pada anak-anak itu dilakukan pemeriksaan electroencephalography( EEG) menggunakan elektroda pada kulit kepala untuk mengukur kegiatan dalam otak. Cara serupa juga digunakan untuk mengukur epilepsi, gangguan tidur, dan tumor otak.

Pada setiap anak, diukur kegiatan otak saat ia melakukan tugas sederhana: Menonton sekuen segitiga-segitiga yang diproyeksikan di layar. Anak-anak itu diperintahkan mengklik sebuah tombol ketika gambar segitiga yang sedikit dimiringkan muncul di layar. Tapi, di samping itu muncul juga stimulus baru berupa gambar tak terduga seperti foto anak anjing atau Miki dan Mini Tikus.

EEG memungkinkan respons otak yang amat cepat, dalam 200 milidetik atau seperlima detik. Anak-anak dengan SSE tinggi menunjukkan lebih banyak aktivitas dalam prefrontal cortexketimbang yang dari SSE rendah ketika diberi stimulus baru dan yang tak terduga. ‘’Anak-anak dari tingkat SSE lebih rendah menunjukkan pola-pola fisiologi otak sama dengan seseorang yang mengalami kerusakan pada frontal lobe—bagian depan otak yang mengatur aliran informasi, terlibat pada proses pemikiran yang lebih tinggi— di usia dewasa,’’ kata Robert Knight, direktur lembaga itu dan juga guru besar psikologi UC Berkeley.

Rendahnya respons anak ber-SSE rendah ini, menurut peneliti, sama dengan respons orang dewasa yang menderita kerusakan frontal lobeakibat stroke. Padahal, anak-anak ini tak mengalami kerusakan saraf, tak ada pemaparan prakelahiran pada obatobatan dan alkohol, tak ada kerusakan saraf. Tapi, prefrontal cortex-nya tak berfungsi seefisien seharusnya. Tentu saja, kata Knight dkk, hasil penelitian ini tak otomatis berlaku pada setiap orang miskin.

Ini suatu langkah maju. Penelitian-penelitian sebelumnya baru pada tingkat menunjukkan kemungkinan hubungan antara fungsi frontal lobedan perbedaan perilaku pada anak dari SSE rendah dan SSE tinggi. ‘’Penelitian kami adalah yang pertama melakukan pengukuran langsung aktivitas otak,’’ kata psikolog kognitif Mark Kishiyama.

Rekan Kishiyama, W Thomas Boyce, guru besar UC Berkeley menambahkan, selama ini para pemerhati anak tahu anak-anak tumbuh besar dalam lingkungan miskin memiliki lebih banyak masalah dengan urusan pengendalian perilaku. ‘’Di sinilah keterlibatan prefrontal cortexitu,’’ katanya, ‘’Tapi, fakta bahwa kita melihat perbedaan fungsional dalam respons prefrontal cortex pada anak ber-SSE rendah itu definitif (pasti).’’

Dalam kehidupan sehari-hari, perbedaan ini akan muncul sendiri dalam pemecahan masalah dan prestasi akademik di sekolah. Boyce, yang juga dokter anak dan psikobiolog pertumbuhan, mengepalai program riset gabungan UC Berkeley/UBC research WINKS - Wellness in Kids - meneliti bagaimana anak yang tak beruntung tumbuh besar dalam kondisi SSE rendah berubah perkembangan dasar sarafnya dalam beberapa tahun pertama sejak kelahirannya.

Knight melihat penelitian baru ini sebagai alarm. Bukan hanya karena anak-anak ini miskin dan cenderung mengalami masalah kesehatan. ‘’Tapi, mereka mungkin tak mencapai perkembangan otak sepenuhnya akibat lingkungan relatif ‘memiskinkan’ (otak, red) dan penuh tekanan yang diasosiasikan dengan SSE rendah: sedikit buku, kurang membaca, kurang permainan, sedikit kunjungan ke museum.’’

Kishiyama, Knight, dan Boyce menduga, perbedaan otak itu bisa dihilangkan dengan pelatihan yang layak. Mereka bekerja sama dengan para ilmuwan saraf UC Berkeley yang menggunakan sejumlah permainan untuk meningkatkan fungsi prefrontal cortexdan dengan begitu meningkatkan kemampuan nalar anak usia sekolah.

‘’Ini bukan hukuman seumur hidup,’’ Knight menekankan.

‘’Kami rasa dengan intervensi dan pelatihan yang tepat, Anda bisa mendapatkan kemajuan dalam perilaku dan penunjuk fisiologis.’’

Para peneliti menduga lingkungan yang penuh tekanan dan pemiskinan kognitif adalah biang penyebabnya. Pada binatang, stres dan lingkungan yang buruk menunjukkan pengaruhnya pada prefrontal cortex.

Boyce mencatat, studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga miskin mendengar 30 juta kata lebih sedikit hingga usia empat tahun ketimbang anak dari kelas menengah. Hal sederhana dan mudah untuk mendongkrak performa prefrontal cortexadalah berbicara dengan anak.

‘’Penting bagi orangtua untuk memahami bahwa penting bagi anak untuk duduk makan malam bersama orangtua mereka,’’ kata Boyce, ‘’dan pada saat makan malam itu sangat baik ada percakapan di antara mereka.’’
Redaktur: Heri Ruslan
Sumber: berkeley.com 
 
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/07/16/m785qw-otak-anak-miskin-otak-anak-kaya

SDIT Anak Sholeh Sedayu Parenting : Mengajar Anak dengan VCD Edutainment, Ini Caranya

Aji mempunyai dua anak balita. Karena Aji dan istrinya bekerja, mau tak mau mereka memasrahkan buah hati kepada pembantu. Namun, pasangan ini tak ingin sang pembantu sembarangan mendidik anak.
Mereka pun membekali pembantu sejumlah VCD untuk diputar, seperti VCD Baby Genius, Brainy Baby, Baby Einstein, dan Barney. VCD itu untuk anak-anak agar mereka belajar kata-kata, mengerti bentuk-bentuk, warna, lagu-lagu.


''Saya nggak ingin anak-anak belajar dari sinetron tontonan pembantu,'' ungkap Aji. Meskipun bersifat pendidikan, muatan VCD dibuat menyenangkan dengan gambar dan warna yang menarik dan lagu-lagu yang lucu sehingga disebut education entertainment alias edutainment. Tak heran bila sejak awal ditayangkan, si sulung, Mirna (4 tahun) antusias menyaksikan tayangan demi tayangan.

Dia senang meniru setiap gerakan dan menyanyikan lagu-lagu. Ketika Maya, sang ibu menguji tentang warna, angka, dan abjad, Mirna tak ragu menjawabnya. Maklumlah semua itu karena sudah biasa dilihat Mirna di VCD.Memang, bagi Mirna dan Dita (2 tahun) tiada hari tanpa menonton VCD. Sepanjang ayah bundanya bekerja, selama itu pula Mirna dan adiknya menonton VCD. Ketika makan pun sambil menonton VCD.

Sudah bisa duduk
Efektifkah membekali kecerdasan anak-anak dengan tayangan VCD?
Menurut psikolog Wita Mulyani, anak-anak balita sangat antusias menonton layar kaca. Apalagi tayangan di VCD kecerdasan, menampilkan materi dan visual yang sangat menarik. Ada aneka warna, gambar, bentuk, angka, huruf dan lagu yang sangat disukai balita. Harapan orangtua dengan menyuguhkan VCD, tentu agar anak balitanya menjadi cerdas.

Harapan itu tidak berlebihan karena tayangan itu bisa menstimulasi memori anak. Dan, anak-anak pun senang serta mau mengikuti seperti yang ditayangkan di VCD.Sebelum menyuguhkan VCD edutainment, orangtua harus mengetahui perkembangan si anak. Dari sisi usia, Wita berpendapat, balita yang diperkenankan menonton VCD adalah sudah bisa duduk. Keterampilan motorik anak sudah baik sehingga anak bisa mencari posisi menonton yang nyaman, tidak tiduran.Sekitar usia sembilan bulan atau setahun sudah bisa diperkenalkan menyaksikan tayangan VCD edutainment. ''Usia segitu,'' lanjut psikolog perkembangan anak ini, ''anak sudah bisa melihat jelas dan pemahamannya sudah lebih baik.''

Namun, orangtua harus memerhatikan frekuensi menonton anak. Sebab, hal ini dapat memengaruhi stimulasi perkembangan si anak. ''Orangtua jangan membiar anak-anak balita panteng (terus-menerus, red) di depan TV. Mereka harus diberi selingan kegiatan lain, yaitu bermain, bergerak, dan berinteraksi dengan yang lain,'' ujar Wita kepada Republika.

Batasi waktu
Berapa lama anak boleh menonton VCD? Wita menyebut jatah waktu menonton tayangan VCD bagi balita usia satu tahun, maksimal satu jam dalam sehari. Sedangkan usia tiga tahun hingga lima tahun maksimal menonton selama dua jam atau tiga jam dalam sehari.''Itu pun tidak boleh nonstop selama tiga jam, harus diselingi kegiatan lain,'' katanya. Sebab, dampak menonton terus-menerus tidak baik bagi kesehatan mata, fisik, dan otak anak.

Walaupun anak menonton acara bermanfaat, Wita mengingatkan efek lain yang penting diperhitungkan. ''VCD sama seperti tayangan TV bersifat satu arah,'' ungkapnya. Dengan melihat tayangan di televisi memang anak mendapatkan sesuatu. Ttetapi reaksi itu jauh berbeda jika anak melihat langsung apa yang dilihatnya.

Seorang balita yang melihat dan mendengar suara kerincing di layar kaca akan berbeda dengan anak yang melihat secara langsung. Daya tangkap anak akan lebih kuat ketika anak melihat, mendengar dan meraba benda yang ada di hadapannya ketimbang menonton visual saja.

Yang terpenting orangtua jangan membiarkan anak-anak menonton sendirian. ''Saat menonton anak-anak harus didampingi oleh orang dewasa,'' tegas lulusan S1 dan S2 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.Tugas pendamping memberikan penjelasan dan pemahaman kepada si anak.

Ketika tayangan menampilkan bentuk segi tiga atau kata-kata dalam bahasa Inggris, anak tidak sekadar mengucapkan tapi orang dewasa ikut yang menjelaskan. Anak-anak pasti antusias dan akan konsen mendengarkan pemahaman itu. Oleh karena itu, bukan berarti setelah menyuguhi VCD kecerdasan, orangtua lepas tangan membiarkan anak menonton sendirian.

Tak selalu tertarik
Dari menyuguhkan VCD edutainment, orangtua bisa melihat perkembangan si anak. Caranya, kata Wita, ''orangtua bisa memancing menyanyikan lagu-lagu seperti yang ada di VCD.''
Lihatlah tanggapan anak. Apakah si balita hafal atau tidak? Ketika diperlihatkan warna-warna, apakah anak merespons bahwa mengetahui warna itu atau tidak?

Anak-anak yang tertarik dengan tayangan pendidikan di VCD, umumnya akan meniru sesuai informasi yang ditampilkan. ''Tapi kalau anak tidak tertarik jangan khawatir dulu,'' kata Wita, buru-buru menambahkan.Ketidaktertarikan itu, menurut dia, bukan berarti anak kurang antusias terhadap tayangan pendidikan itu. Bukan juga berarti bahwa ada keterbatasan kecerdasan si anak.

Ia melihat kemungkinan anak memiliki kecenderungan mudah beralih, sehingga tidak suka berlama-lama menonton di layar kaca. Sebab, ada juga anak yang kurang tertarik, tapi setelah sering diputar baru menyukai. Setelah menyukai, ketagihan diputarkan VCD yang lain.

Bagi anak-anak yang telanjur menikmati tayangan VCD, perkaya kecerdasan anak dengan menyuguhkan tayangan yang lebih variatif. Orangtua jangan terus-menerus menayangkan VCD yang sama karena akan bosan. Minggu ini anak bisa menonton VCD mengenai lagu-lagu, minggu berikutnya angka, huruf, warna, dan seterusnya.

Redaktur: Heri Ruslan
Reporter: Susie Evidia Y
 
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/07/16/m785z6-mengajar-anak-dengan-vcd-edutainment-ini-caranya

Saturday, April 14, 2012

Mengajarkan Anak Berbagi, Inilah Rumusnya

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nina Chairani

Berbagi termasuk kata yang mudah diucapkan tapi sulit dipraktikkan. Begitu keluhan sebagian orang tua. Kakak enggan berbagi mainan dengan si adik. Adik tak mau membagi makanannya untuk sang kakak.

"Kalaupun mereka akhirnya mau, harus dengan paksaan pihak ketiga,” kata Sulistyani Priyanto (42 tahun) tentang anak-anaknya. Ibu dua anak yang masih duduk di bangku SD ini khawatir buah hatinya bakal tumbuh menjadi anak egois. Ya, berbagi terhadap sesama manusia menjadi kunci pengendalian egoisme yang telah merasuk dalam tatanan kehidupan manusia sekarang ini.

Berbagi merupakan sebuah hal kecil yang dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Sayangnya, masih ada di antara kita yang belum peduli terhadap perbuatan ini. Padahal, kebiasaan berbagi dapat menjadi awal kepekaan kita terhadap sesama. Hal ini seharusnya ditanamkan oleh orang tua kepada anak sejak dini.

Bahkan, Dra Rustika Thamrin Psi, psikolog yang telah mendalami masalah pengasuhan selama 14 tahun, menyatakan seharusnya orang tua, terlebih ibu, sudah mengajarkan anaknya untuk berbagi sejak dalam kandungan. Sebab, saat ibu mengandung terdapat spektrum energi yang begitu kuat yang menghubungkan keduanya sehingga si janin mengerti setiap kegiatan baik yang dilakukan ibunya. Ajaklah anak kita berkomunikasi saat masih dalam kandungan dan ajarkan untuk berbagi. Dengan begitu, si anak akan terbiasa melakukan perbuatan baik saat lahir ke dunia,” terang psikolog lulusan Universitas Indonesia dalam inspirative talkshow Tango di Jakarta belum lama ini.

Prinsip berbagi
Sementara itu, pembicara lain, Non Rawung, menjelaskan prinsip berbagi. Menurut dia, berbagi adalah memberikan apa yang kita sukai. Apa yang berguna untuk diri kita, juga harus dirasakan oleh orang lain. Berbagi bukanlah memberikan yang sisa, melainkan memberikan yang terbaik yang kita punya,” ujar wanita asli Gorontalo ini.

Selain itu, nenek berusia 63 tahun ini pun menyatakan bahwa ada dua hal yang harus ditanamkan dalam diri setiap manusia. Pertama, menolong orang lain merupakan sebuah kesenangan. Dan kedua, menolong orang lain merupakan sebuah kehormatan, bukan beban. Dengan menanamkan dua hal tersebut, kita akan terbiasa untuk berbagi dengan orang lain. Untuk saya, berbagi dengan orang lain sudah menjadi kebutuhan dan harus selalu dilakukan,” terangnya.

Melakukan sebuah kebiasaan baik seperti berbagi tentu bukanlah perbuatan mudah. Akan banyak kendala yang menghalanginya. Orang tua harus memiliki cara jitu untuk menanamkan kebiasaan ini.

Rumus membiasakan
Ada rumus yang bisa menjadi bekal bagi para orang tua, khususnya ibu, untuk membentuk kebiasaan berbagi tersebut, yaitu niat untuk memulai dan konsistensi (habit of giving = determination start + consistency). Rumus ini diungkapkan Rustika Thamrin dalam acara yang berlangsung di Jakarta ini.

Tika, sapaan akrabnya, untuk merealisasikan kebiasaan berbagi diperlukan niat untuk memulai dan konsistensi. Tanpa keduanya, kebiasaan tersebut tidak akan pernah terwujud.

Lilis Suryani (45) adalah ibu dua anak yang telah menerapkan prinsip berbagi sejak dini kepada anak-anaknya. Saya memulai kebiasaan ini dari rumah. Saya dan suami berusaha menjadi contoh bagi mereka untuk saling berbagi terhadap sesama. Dengan begitu, mereka termotivasi untuk selalu berbuat baik kepada orang yang kurang mampu,” ungkap Lilis.

Menurut Tika, apa yang telah dilakukan Lilis merupakan hal yang tepat. Saat ini mencari orang tua yang dapat dijadikan contoh seperti itu tidaklah mudah. Terkadang orang tua hanya bisa mendoktrin anaknya untuk berbuat ini dan itu, tapi dia sendiri tidak melakukannya,” ungkap Tika.

Memperkuat tekad
Kurangnya contoh baik dari orang tua tidak menjadi satu-satunya kendala dalam menanamkan niat untuk memulai berbagi. Kendala lainnya adalah seseorang tidak akan terbiasa untuk keluar dari zona nyamannya. Selain itu, adanya hambatan keyakinan dan kesulitan bagi orang-orang yang terlibat, perasaan takut gagal, serta akan merasa citra dirinya terganggu pun menjadi kendala tersendiri. Kendala-kendala ini akan muncul di awal seseorang akan memulai kebiasaan berbagi tersebut. Bila tidak diatasi, bisa jadi orang tersebut akan mundur, dan berbagi ini tidak akan terwujud.

Untuk mengatasi kendala tersebut sebenarnya ada pada diri kita sendiri, yaitu niat yang tulus dan kuat untuk memulai (determination to start). Dengan tekad dalam diri, segala kendala akan teratasi,” jelas Tika.

Memiliki niat untuk berbagi saja tidak cukup, harus ada konsistensi yang mengiringinya. Konsistensi ini yang akan menentukan apakah berbagi dapat menjadi sebuah kebiasaan atau sekadar wacana. Sebuah konsistensi dipengaruhi besar oleh motivasi yang kuat. Motivasi yang kuat bukanlah berasal dari orang lain, melainkan berasal dari diri sendiri.

Untuk menyuburkan konsistensi berbagi, harus dimulai dari hal kecil dan mudah, serta melakukannya teratur setiap hari. Dengan begitu, kebiasaan berbagi akan menjadi sebuah kebutuhan dalam diri kita. Jika tidak melakukannya sehari saja, akan merasa kurang.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/04/12/m2cni3-mengajarkan-anak-berbagi-inilah-rumusnya

Tuesday, April 10, 2012

Inilah Manfaat Kegagalan Bagi Si Buah Hati

REPUBLIKA.CO.ID, Belajar memang bukan hal yang mudah. Sebegitu peliknya hingga kemudian timbul pepatah bijak, kalau gagal, coba lagi dan lagi. Ketidakberhasilan merupakan bagian alami dari proses belajar.

Tak percaya? Simaklah temuan peneliti dari University of Poitiers, Prancis. Mereka berhasil melihat adanya manfaat positif dari sebuah kegagalan. Risetnya pada anak-anak menunjukkan mereka yang pernah terpuruk tampak lebih bagus hasil tesnya. Kondisi itu tercapai setelah para siswa diajak memahami ada hikmah di balik kegagalan.

Pemahaman tersebut besar pengaruhnya pada mental siswa. Sebelumnya, anak-anak sangat terobsesi dengan kegemilangan nilai ujian. “Lantaran berorientasi pada kesuksesan, mereka menjadi segan untuk menempuh langkah berikutnya demi penguasaan materi ajar yang baru,” komentar peneliti postdoctoral, Frederique Autin.

Agar pendidikan di sekolah berlangsung lebih lancar, Autin menyarankan agar para siswa berdamai dengan rasa gamang tersebut. Faktor budaya memang memberi tekanan tersendiri dalam kasus ini. “Secara kultural, warga dunia banyak yang meyakini kesuksesan akademik hanya bisa dicapai oleh anak yang tingkat kompetensinya tinggi dan mereka yang gagal bisa dipastikan berotak lemah.”

Padahal, rasa tidak mampu mengerjakan soal baru bisa diatasi dengan mudah. Siswa hanya perlu mengakui tingkat kesulitan baru yang dihadapinya sebagai bagian dari proses belajar. “Tak perlu merasa tertekan dengan adanya pelajaran baru,” saran Autin.

Para peneliti menganjurkan agar guru dan orang tua fokus mengamati kemajuan anak. Tak perlulah memersoalkan ranking dan nilai di atas kertas. Penelitian tersebut mengindikasikan siswa akan diuntungkan dari bentuk pendidikan yang menyediakan waktu bagi anak untuk bergelut dengan soal yang tingkat kesulitannya lebih tinggi.

“Setiap tahapan belajar memerlukan waktu dan setiap kemajuan yang dicapai anak mesti dihargai, terutama di saat anak baru masuk SD dan siswa cepat atau lambat akan merasakan getirnya kegagalan,” urai Jean-Claude Croizet, profesor psikologi dari University of Poitiers, Prancis, seperti dikutip HealthDay News.

Riset tersebut berawal dengan membagi responden dalam dua kelompok anak kelas enam SD. Masing-masing diminta untuk mencari solusi dari susunan huruf. Kelompok pertama diberi pemahaman ada kalanya belajar menjadi sangat susah. Namun, itu bisa diatasi dengan sederhana.

Mereka telah beri tahu soal ujiannya mungkin susah, namun kesuksesan bukan mustahil akan datang menyusul giatnya berlatih. Sedangkan, kelompok kedua hanya mendapat pertanyaan bebas dan men ceritakan proses penemuan solusi mental yang tengah terpuruk.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/04/11/m2b3ef-inilah-manfaat-kegagalan-bagi-si-buah-hati

Wednesday, March 28, 2012

Studi: Tas Sekolah Berat, Anak Bisa Terkena Scoliosis

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Anak-anak, yang bersekolah dengan membawa tas sekolah berat, menghadapi risiko lebih besar terkena nyeri punggung. Demikian hasil penelitian sebuah tim peneliti Spanyol.

Temuan tersebut didapat dari hasil penelitian terhadap 1.400 anak sekolah di Galicia Utara, Spanyol. Mereka berusia antara 12 dan 17 tahun. Hasil penelitian tersebut dimuat dalam jurnal Inggris 'Archives of Disease in Childhood'.

Semua murid dipecah menjadi empat kelompok berdasarkan berat tas mereka. Siswa yang berada di kelompok dengan tas paling berat memiliki risiko 50 persen lebih tinggi untuk menderita nyeri punggung. Mereka memiliki risiko 42 persen lebih tinggi untuk menderita patologi punggung dibandingkan dengan kelompok siswa dengan tas paling ringan.

Patologi punggung yang umum terjadi pada murid adalah scoliosis. Yaitu, lengkungan tidak normal pada tulang belakang.

"Hasil yang diperoleh memiliki dampak kuat," kata Alberto Ruano, profesor University of Santiago de Compostel, dalam jurnal tersebut. "Kami sangat mendorong masyarakat pendidikan dan medis agar mulai memberi penjelasan kepada para orang tua dan anak sekolah mengenai risiko yang ditimbulkan oleh tas sekolah yang berat.''

Sumber :
Redaktur: Didi Purwadi
Sumber: Antara/Xinhua-0ANA
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/03/18/m126xt-studi-tas-sekolah-berat-anak-bisa-terkena-scoliosis

Monday, March 12, 2012

Baru Tiga Tahun Mau Sekolah, Boleh tidak Ya?

REPUBLIKA.CO.ID, Si kecil baru berusia tiga tahun. Namun, dia sudah tertarik dengan angka dan semangat kalau dibacakan cerita. Apakah sudah saatnya dia bersekolah?

Menurut Elly Risman, seorang psikolog, anak memiliki kecenderungan untuk meniru apa saja yang dilihatnya baik dari anggota keluarga atau lingkungan. Melihat teman-temannya pergi sekolah, ia juga terdorong untuk melakukan hal yang sama. Bila ini yang terjadi, sebaiknya orangtua mengembangkan sisi kecerdasan emosi anak dengan berbagai cara karena inilah saat yang pas untuk membentuk dasar-dasar etika anak.

Menurut seorang dokter yang meneliti kerja otak selama bertahun-tahun, usia 0-3 tahun bagian otak yang siap untuk dikembangkan adalah amigdala yang berkaitan dengan emosi, pada usia ini sebaiknya bayi diberi kesempatan untuk menerima rangsangan-rangsangan baru agar otaknya selalu aktif dan membentuk sambungan-sambungan.

Anak sebaiknya bertemu dengan banyak orang dan belajar berbagai ekspresi dari orang-orang yang ditemuinya. Orang tua diharapkan menunjukkan perasaan-perasaan positif dan ekspresi wajah yang sama dengan perasaannya. Ekspresi marah dan emosi negatif akan merusak otak anak. Sedangkan ekspresi emosi positif akan menguatkan kerja dan fungsi otak.

Jika anak sudah berkembnag kematangan emosinya, terlihat dari kemampuan mengontrol dorongan-dorongan dari dalam dirinya, dengan mudah anak mencapai kematangan intelektualnya yang siap dikembangkan pada usia 6 tahun dan seterusnya. Pada usia ini, bagian otak anak yang berkaitan dengan membaca, menulis, dan berhitung sudah matang. Dengan latihan yang menyenangkan, anak dengan cepat dapat membaca dan berhitung, ia menjalani fitrahnya sebagai manusia yang diciptakan Allah SWT secara bertahap-tahap.

Sebaliknya jika belajar calistung (baca,tulis,berhitung) lebih dulu dikembangkan anak akan mengalami jurang yang dalam antara kematangan emosi dan kematangan intelektualnya. Anak tumbuh cerdas namun cenderung impulsif tidak dapat mengontrol emosinya.

Sumber :
Redaktur: Endah Hapsari
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/03/12/m0rokg-baru-tiga-tahun-mau-sekolah-boleh-tidak-ya

Tuesday, March 6, 2012

Supaya Anak Rajin Menabung, Begini Caranya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ingin agar anak terbiasa menabung? Jangan ditunda, ajarkan kebiasaan baik itu sejak dini. Bahkan, idealnya sejak anak masuk usia sekolah. “Mengajar anak menabung di usia sekolah lebih mudah,” ujar psikolog anak Universitas Indonesia, Indri Savitri.

Indri mengatakan anak di usia sekolah lebih mudah diajarkan menabung karena mereka biasanya lebih gampang diberikan pemahaman. Di usia sekolah, anak biasanya memiliki kegemaran jajan. Hal ini bisa karena faktor lingkungan maupun bawaan diri sang anak. Dalam hal ini orang tua, kata Indri, perlu mengajarkan cara memilih jajanan yang perlu dibeli dan mana yang tidak. Dengan memberikan pemahaman memilah jajanan, anak secara tidak langsung diajarkan menyisakan uang.

Indri mengatakan, kunci mendidik anak agar gemar menabung adalah konsistensi. Para orang tua tidak boleh gampang putus asa atau gampang puas saat mendidik anak. Hal ini karena sifat anak-anak yang gampang berubah. Mereka bisa dengan mudah menyerap “masukan” baru dari lingkungannya dan melupakan ajaran dari orang tua.

Saat mengajar anak menabung, ada baiknya orang tua memberikan motivasi kepada mereka. Motivasi bisa berupa manfaat yang akan didapatkan anak bila rajin menabung. ''Orang tua misalnya bisa menggambarkan kepada anak bahwa dengan menabung mereka bisa membeli mainan yang diinginkan. Atau dengan menabung mereka bisa berliburan ke tempat yang mereka idamkan,'' ujar Indri.

Hal penting lain dalam mendidik kebiasaan menabung pada anak adalah memberikan penghargaan atau sanksi. Penghargaan menjadi penting agar anak merasa yang mereka lakukan mendapat perhatian. Penghargaan misalnya bisa berupa liburan ke tempat yang diinginkan anak apabila tabungan mereka mencapai target yang ditetapkan.

Selain itu, memberi sanksi kepada anak yang boros juga perlu agar mereka sadar ada konsekuensi yang harus diterima bila berbuat tidak baik. Sangsi misalnya bisa berupa pengurangan uang jajan.

Terlepas dari semua itu, yang tidak kalah penting saat melatih kebiasaan menabung pada anak adalah dengan memberikan teladan. Orang tua tidak boleh hanya bisa mengajarkan tetapi juga mesti melakukan. Indri mengatakan Anak yang memiliki orang tua hobi belanja biasanya akan kesulitan melatih sifat hemat. “Gaya hidup orang tua sangat mempengaruhi kebiasaan anak,” ujarnya.

Sumber :
Redaktur: Endah Hapsari
Reporter: M Akbar Widjaya
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/03/06/m0gbhi-supaya-anak-rajin-menabung-begini-caranya

Wednesday, February 22, 2012

SDIT Anak Sholeh Sedayu Parenting : anak-stres-garagara-ujian-bagaimana-solusinya ?

REPUBLIKA.CO.ID, Menjelang ujian, biasanya suasana rumah berubah sedikit tegang. Anak-anak sibuk karena harus belajar dan menyelesaikan pekerjaan rumah. Sedangkan orang tua, biasanya juga mulai senewen. Tanpa terasa, bahasa tubuh orang tua juga berubah. Mata menjadi lebih lebar, postur tubuh mejadi kaku dan tidak jarang jari telunjuk lebih banyak bergerak untuk memerintah anak. Kalau sudah seperti ini, sebagai reaksi dari stimulus orangtua yang tegang seperti ini, tidak aneh kalau anak-anak pun jadi grogi sendiri. Sudahlah mau ujian, orangtua makin galak, rumah pun jadi tempat yang kurang menyenangkan.

Mengapa ini terjadi? Psikolog anak, Elly Risman Musa, meminta agar kita memasuki dunia anak. Menurut Elly, saat ini anak sedang bersiap menghadapi ujian, apalagi untuk anak-anak yang sibuk menghadapi ujian nasional. Kalau dia bersekolah di sekolah yang baik atau favorit, tentu sekolah akan mengeluarkan kebijakan kepada guru-guru, wali kelas, dan siswa untuk mempertahankan status atau mutu sekolah.

Hal ini dapat berbentuk target-target yang harus dikejar oleh masing-masing wali kelas, kemudian wali kelas akan berkompetisi agar kelas yang dipimpinnya masuk ranking tiga besar nilai tertinggi dari seluruh kelas tiga yang ada di sekolah. Tentu yang menjadi mesinnya adalah anak-anak. Mereka dipacu dengan pendalaman materi dan dibanjiri dengan nasihat-nasihat agar rajin belajar.

Bisa dibayangkan bagaimana peningnya kepala anak-anak. Dalam kondisi lelah dan tertekan sampai di rumah orangtua melakukan hal yang sama. ''Jadi, tidak mengherankan bila reaksi anak Ibu jadi ketus dan sering marah-marah,'' papar Elly.

Untuk mengatasinya, lanjut Elly, yang penting adalah perhatian orang tua. ''Cobalah mendengar dan menjangkau perasaan atau emosi apa yang sedang dirasakannya.'' katanya.

Kalau ia kelihatan lesu, atau sedih, ucapkanlah ''Abang kelihatan lelah sekali. Ini minum dulu nanti Mama pijitin''. Anak merasa ibunya memahami betapa hari ini adalah hari yang melelahkan. ''Dengan bahasa tubuh Ibu yang lebih menerima kondisi anak, ia akan merasa nyaman. Hal ini akan memberi asupan energi baru bagi anak sehingga pada malam hari ia akan siap untuk belajar lagi. Selain itu anak juga akan bersedia berbagi kepenatan dan permasalahan yang sedang ia hadapi,'' ujarnya.

Dengan harmonisnya hubungan dan berkurangnya beban emosi, diharapkan anak akan lebih baik dan lebih siap menghadapi ujian.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/02/22/lzsatp-anak-stres-garagara-ujian-bagaimana-solusinya

Saturday, February 18, 2012

Mengapa ya Anak Kok Sulit Diam dan Fokus?

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Orang tua kerap tertekan ketika menerima surat dari sekolah menyatakan jika anak mereka ''tak mau mendengarkan guru'' atau '' sulit dikendailkan dan menyebabkan masalah". Satu alasan paling masuk akal untuk jenis perilaku ini adalah Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Meski anak dengan ADHS ingin menjadi siswa yang baik, perilaku impulsif mereka dan ketakmampuan menaruh perhatian pada tempatnya akan mempengaruhi proses belajar di kelas. Guru, orang tua, dan bahkan teman memahami, jika si anak memiliki ''selip perilaku'' atau "berbeda", hanya saja mereka tak mampu mengartikulasikan dengan tepat apa yang salah.

Gejala hiperaktif dalam ADHD bisa jadi termasuk berlarian, atau memanjat berlebihan pada anak kecil, atau perilaku menunjukkan sulit lelah dan nervous untuk anak lebih tua. Tentu itu sangat kontras bila dibanding aktivitas setinggi apapun anak normal.

Hiperaktifitas pada intinya adalah perilaku minim terorganisir, tak menentu, dan tanpa tujuan tertentu. ADHD cenderung menimpa pada anak lelaki ketimbang perempuan dengan rasio sepuluh banding satu.

Seorang anak dengan ADHD biasanya menunjukkan tanda-tanda seperti susah mengorganisasi dan memperlihatkan sikap ia tidak mendengar instruksi, fokus mudah terpecah, ceroboh, kerap melakukan kesalahan impulsif, sering dipanggil di dalam kelas, susah menunggu gilirannya bila dalam situasi kelompok, gagal mengikuti permintaan orang tua, tak mampu memainkan permainan selama yang dimainkan anak seusianya.

Tanpa tindakan dan terapi yang tepat, anak mungkin akan gagal dalam sekolah, dan teman-teman pun akan kesulitan karena si anak kurang dalam hal kerjasama dan melakukan aktivitas sosial. Begitupun soal jati diri, si anak lebih banyak memiliki kegagalan daripada sukses yang mengundang kritik dari keluarga dan guru yang tidak mengenali masalah kesehatannya.

Jika itu terjadi pada anak anda, jangan segan untuk membawanya ke ahli atau psikiatri tumbuh kembang anak. Itu bukan berarti anak anda memiliki kelainan mental. Jangan merasa minder dan tertekan, sebab bila itu dirasakan sang anak, ia akan merasa lebih tersudut dan lebih tertekan lagi.

Seorang anak dengan ADHD pun memiliki peluang besar tak kalah dengan anak normal. Michael Phelps, perenang internasional Amerika Serikat adalah salah satu contoh penderita ADHD. Peraih 14 medali emas Olimpiade Beijing ini mampu mengatasi kekurangannya menjadi kelebihan. Begitu pula acara TV , Extreem Makeover, Home Edition, digagas oleh, Ty Pennington, seorang penderita ADHD yang mampu mengubah kekurangan menjadi kelebihan.

Riset terhadap ADHD telah banyak didokumentasikan, dan pengobatan akan sangat membantu. Dengan bertemu dengan ahli tumbuh kembang orang tua dapat belajar bagaimana bisa mengatasi permasalahan dengan anak mereka. Tentu terapi menyeluruh dan evaluasi terus-menerus tak boleh lepas dari dukungan lingkungan sekitar, juga para guru. Lebih dari itu orang tua harus percaya dan meyakini bila sang anak mampu mengatasi kekurangannya.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/02/18/lzkrzn-mengapa-ya-anak-kok-sulit-diam-dan-fokus

Saturday, December 17, 2011

Profil Pemateri Parenting School di SDIT Anah Sholeh Sedayu Bantul

Dalam rangka penutupan akhir semester Gasal 2011/2012, SDIT Anak Sholeh bersama dengan KB-TKIT Anak Sholeh Sedayu menyelenggarakan Parenting School. Kali ini sebagai pembicaranya adalah Ibu Hj.Daliyem Usman dari Pandak Bantul.

Bu Usman di depan rumah Pandak

Beliau adalah sosok Ibu Rumah Tangga pensiunan Guru SD tahun 2005. Beliau mempunyai 13 putra yang alhamdulillah menjadi anak yang sholeh dan shalihah dengan keberhasilan karier di bidangnya masing-masing. Ibu Hj. Usman saat ini berusia 70 tahun. Salah satu hobinya adalah membaca buku. Karena menurut Ibu Hj. Usman buku merupakan teman yang setia, tidak pernah protes, menghibur, menambah wawasan juga pada saat mengantuk bisa dijadikan bantal.

Ketika ditanya amalan rutinnya, beliau menjawab bahwa membabaca qur'an tiap hari harus tertib, sekurang-kurangnya satu ruku'. Meskipun putra-putrinya berhasil di karirnya, tapi Ibu Hj. Daliyem Usman tidak mau ketika diajak tinggal di rumah salah satu putranya. Beliau lebih senang tinggal di rumah induknya di Pandak Bantul. Sebab menurut beliau, selama masih kuat, beliau selalu berusaha untuk tidak menggantungkan kepada orang lain, bahkan termasuk anaknya. Hal ini sesuai dengan motto hidup beliau menjadi manula yang SETAMAN, sehat...takwa...dan mandiri.

Banyak diantara wali murid yang hadir merasa kagum dan gembira melihat sosok beliau yang nyantai..keibuan...dan penuh hikmah. Semoga menjadi motivasi bagi kita...para orang tua di era ini dalam mendidik putra-putri kita.

ditulis oleh : Ust. Anton

Friday, December 16, 2011

Pembagian Raport SDIT Anak Sholeh Sedayu-Hasil evaluasi Semester Gasal 2011

Pada hari Jum'at, 16 desember 2011 diadakan acara parenting school dan pembagian raport di lingkungan KB-TK-SDIT Anak Sholeh. Acara parenting Schoold diadakan di Masjid Anak Sholeh. Acara parenting school diisi oleh Ibu Hj. Daliyem Usman. Acara dimulai pukul 8.15 dengan dipimpin oleh MC. Ust. Wanto.

Selanjutnya acara diawali dengan pembacaaan kalam ilahi oleh dua siswi kelas 1 SDIT Anak Sholeh, yaitu : mbak Isa dan mbak Sinfa. Surat yang dibaca adalah Surat An-Naba'. dengan sari tilawah mbak Ikha.

Acara dilanjutkan dengan sambutan oleh keluarga besar KB-TK-SDIT Anak Sholeh yang diwakili oleh ustadz Anton.

Dalam sambutannya ustadz anton menyampaikan capaian-capaian Keluarga Anak sholeh hingga tahun 2011. Juga tidak lupa selalu mengingatkan orang tua dan wali murid untuk dapat sabar dalam bekerja sama dengan pihak sekolah memonitor dan mengajak anak-anak di rumah dengan pembiasaan-pembiasaan kebaikan yang sudah dilakukan di sekolah, lebih-lebih selama liburan akhir semester. Biasanya selama liburan anak-anak akan keasyikan dalam bermain sehingga terkadang lupa untuk menunaikan shalat wajibnya.

Setelah sambutan dari pihak sekolah, acara dilanjutkan dengan ceramah inti oleh Ibu Hj. Daliyem Usman.

Acara selesai pukul 10.15 WIB yang dilanjutkan dengan pembagian raport. Pada sesi ini orang tua dimohon untuk dapat menuju kelas masing-masing sesuai jenjang putra-putrinya.

Ditulis oleh : Ust. Anton