REPUBLIKA.CO.ID, Suatu hari Rasulullah SAW mengutus Umar RA untuk menarik zakat dari para sahabat. Akan tetapi, Ibnu Jamil, Khalid bin Walid, dan Abbas yang juga paman Nabi SAW tidak menyerahkan zakatnya. Umar pun kemudian melaporkan sikap ketiga sahabat itu kepada Rasulullah.
Mendengar laporan itu, Rasulullah bersabda, ''Tiada sesuatu yang membuat Ibnu Jamil enggan untuk menyerahkan zakat kecuali dirinya fakir, kemudian Allah menjadikannya kaya. Adapun Khalid, sesungguhnya kalian telah berbuat zalim terhadapnya (karena) ia menginfakkan baju besi dan peralatan perangnya di jalan Allah. Adapun Abbas, aku telah mengambil zakatnya dua tahun lalu.''
Setelah itu, Rasulullah pun bersabda, ''Wahai Umar, apakah kamu tidak tahu bahwa paman seseorang itu sama seperti ayahnya?'' (HR Bukhari dan Muslim). Dari kisah itu, Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya untuk berbaik sangka kepada sesama. Nabi SAW senantiasa mengingatkan umatnya untuk menjauhi prasangka buruk.
Allah SWT juga melarang hamba-Nya yang beriman untuk berprasangka. ''Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa... ' (QS al-Hujurat:12). Syekh Salim bin Ied al-Hilali dalam Syarah Riyadhus Shalihin, mengungkapkan, seorang hamba Allah yang beriman hendaknya menjauhkan diri dari menuduh, menghianati keluarga, kerabat dan orang-orang bukan pada tempatnya.
Rasulullah SAW menegaskan dalam hadisnya, ''Jauhilah olehmu prasangka. Sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.'' (Muttafaq 'alaih). Lalu apa sebenarnya prasangka itu? Dalam Alquran, prasangka disebut dengan az-Zhann. Syekh Mahmud al-Mishri dalam kitab Mausu'ah min Akhlaqir-Rasul, menjelaskan secara detail tentang jenis-jenis prasangka.
Menurut Syekh al-Mishri, ada empat macam prasangka yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, prasangka yang diharamkan. Prasangka yang termasuk kategori haram itu adalah berprasangka buruk terhadap Allah serta berprasangka buruk terhadap kaum Muslimin yang adil.
Kedua, prasangka yang diperbolehkan. ''Prasangka yang diperbolehkan adalah yang terlintas dalam hati seorang Muslim kepada saudaranya karena adanya hal yang mencurigakan,'' papar Syekh al-Mishri. Ketiga, prasangka yang dianjurkan. Menurut dia, prasangka jenis ini adalah prasangka yang baik terhadap sesama Muslim.
Keempat prasangka yang diperintahkan. Menurut Syekh al-Mishri, prasangka yang diperintahkan adalah prasangka dalam hal ibadah dan hukum yang belum ada nashnya. ''Dalam hal ibadah, kita cukup berdasarkan prasangka yang kuat, seperti menerima kesaksian dari saksi yang adil, mencari arah kiblat, menaksir kerusakan-kerusakan, dan denda pidana yang tidak ada nash yang menentukan jumlah atau kadarnya,'' ungkapnya.
Sufyan ats-Tsauri menjelaskan ada dua jenis prasangka, yakni berdosa dan tidak berdosa. Prasangka yang berdosa, tutur ats-Tasuri, jika seseorang berprasangka dan mengucapkannya kepada orang lain. Sedangkan, yang tak berdosa adalah prasangka yang tidak diucapkan atau disebarkan kepada orang lain.
Rasulullah SAW senantiasa mendidik dan mengarahkan para sahabat agar berbaik sangka (ber-husnuzh-zhann) terhadap Allah SWT dan manusia di sekitar mereka, agar hati mereka tetap bersatu. Tiga hari menjelang wafat, Rasulullah SAW bersabda, ''Janganlah seseorang meninggal dunia, kecuali dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah SWT.'' (HR Muslim, hadis sahih).
Berbaik sangka kepada Allah SWT merupakan kenikmatan yang paling agung. Abu Hurairah RA meriwayatkan sabda Rasulullah SAW tentang kemuliaan berprasangka baik kepada sang Khalik. ''Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman, Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku.''
''Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya se depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Ahmad bin Abbas an-Numri berkata, ''Sungguh aku berharap kepada Allah hingga seolah aku melihat betapa indahnya balasan Allah atas kebaikan prasangkaku.'' Syekh al-Mishri, mengungkapkan, kebersihan hati seorang Mukmin adalah salah satu hal yang penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hati yang bersih akan memudahkan umat untuk menjalin ukhuwah Islamiyah. Salah satu cara memelihara jalinan ukhuwah Islamiyah adalah dengan berbaik sangka kepada saudara-saudara sesama Muslim.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/30/lyl2uz-inilah-keutamaan-berbaik-sangka
Menuju Generasi Beriman..Berilmu..dan Beramal " Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar". (QS. 4:9).
Labels
- Aktivitas Siswa (27)
- Aktivitas Ustadz-ustadzah (3)
- Artikel Ustadz -Ustadzah (18)
- Character Education (7)
- Hikmah (14)
- Info PSB (4)
- Parenting School (18)
- Productive Muslim (6)
- Profile Lembaga (6)
Showing posts with label Hikmah. Show all posts
Showing posts with label Hikmah. Show all posts
Monday, January 30, 2012
Tuesday, January 24, 2012
Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Kisah Bijak Para Sufi: Orang yang Mudah Marah
REPUBLIKA.CO.ID, Setelah bertahun-tahun lamanya, seorang yang sangat mudah naik darah menyadari bahwa ia sering mendapat kesulitan karena sifatnya itu.
Suatu hari, ia mendengar tentang seorang darwis yang berpengetahuan dalam; ia pun menemuinya untuk meminta nasihat.
Darwis itu berkata, "Pergilah ke sebuah persimpangan jalan. Di sana, kau akan menemukan sebatang pohon mati. Berdirilah di bawahnya dan berikan air kepada setiap pejalan yang lewat di tempat itu!"
Lelaki itu berbuat seperti yang diperintahkan. Hari-hari berlalu, dan ia pun mulai dikenal sebagai seorang yang mengikuti latihan tertentu perihal kemurahan hati dan pengendalian diri, di bawah bimbingan seseorang yang berpengetahuan sejati.
Pada suatu hari, ada seorang lelaki berjalan tergesa-gesa; ia membuang muka ketika ditawari air, dan terus bergegas melanjutkan perjalanannya. Orang yang mudah marah itu memanggilnya berulang kali, "Kembali kau, balas salamku! Minum air ini, yang kusediakan untuk para musafir!"
Tetapi tak ada jawaban. Tidak tahan menerima perlakuan tersebut, orang yang pemarah itu lupa akan latihannya. Ia meraih senjatanya, yang dicantelkannya di pohon mati itu. Dengan sigap dibidiknya musafir yang tak peduli itu, dan ditembaknya. Musafir itu pun seketika tersungkur mati.
Tepat pada saat peluru menembus tubuh orang itu, pohon mati tersebut, secara ajaib, penuh dengan mekar bunga. Orang yang terbunuh itu seorang pembunuh, yang sedang dalam perjalanan untuk melakukan kejahatan terburuk sepanjang hidupnya.
Seperti Saudara lihat, ada dua jenis penasihat. Jenis yang pertama adalah penasihat yang secara mekanis memberitahu apa yang harus dilakukan menurut prinsip-prinsip baku tertentu. Jenis yang kedua adalah Manusia Pengetahuan. Barangsiapa bertemu dengan Manusia Pengetahuan, ia akan menanyakan nasihat moral kepadanya, dan menganggapnya sebagai moralis. Tetapi yang dijunjungnya adalah Kebenaran, bukan harapan-harapan saleh.
Guru Darwis yang digambarkan dalam kisah ini konon adalah Najmudin Kubra, salah seorang ulama Sufi yang terbesar. Ia mendirikan Kubrawi (Persaudaraan yang Lebih Agung) yang sangat mirip dengan serikat yang belakangan didirikan oleh Santo Fransiskus Assisi. Seperti juga Santo Fransiskus Assisi, Najmudin dikenal memiliki kekuasaan gaib atas binatang.
Najmudin termasuk di antara enam ratus ribu orang yang tewas ketika Khawarizmi di Asia Tengah dihancurkan pada tahun 1221. Konon, Jengiz Khan, Penguasa Mongol, karena mengetahui reputasinya, menawarkan kebebasan jika ia mau menyerahkan diri. Tetapi, Najmudin memilih berada di antara para pembela kota itu. Ia kemudian termasuk di antara korban yang tewas. Karena telah mengetahui akan datangnya malapetaka itu, Najmudin mengungsikan semua muridnya ke tempat aman beberapa saat sebelum bala tentara Mongol menyerbu.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/12/01/20/ly3fu5-kisah-bijak-para-sufi-orang-yang-mudah-marah
Redaktur: Chairul Akhmad
Sumber: Kisah Bijak Para Sufi oleh Idries Shah
Suatu hari, ia mendengar tentang seorang darwis yang berpengetahuan dalam; ia pun menemuinya untuk meminta nasihat.
Darwis itu berkata, "Pergilah ke sebuah persimpangan jalan. Di sana, kau akan menemukan sebatang pohon mati. Berdirilah di bawahnya dan berikan air kepada setiap pejalan yang lewat di tempat itu!"
Lelaki itu berbuat seperti yang diperintahkan. Hari-hari berlalu, dan ia pun mulai dikenal sebagai seorang yang mengikuti latihan tertentu perihal kemurahan hati dan pengendalian diri, di bawah bimbingan seseorang yang berpengetahuan sejati.
Pada suatu hari, ada seorang lelaki berjalan tergesa-gesa; ia membuang muka ketika ditawari air, dan terus bergegas melanjutkan perjalanannya. Orang yang mudah marah itu memanggilnya berulang kali, "Kembali kau, balas salamku! Minum air ini, yang kusediakan untuk para musafir!"
Tetapi tak ada jawaban. Tidak tahan menerima perlakuan tersebut, orang yang pemarah itu lupa akan latihannya. Ia meraih senjatanya, yang dicantelkannya di pohon mati itu. Dengan sigap dibidiknya musafir yang tak peduli itu, dan ditembaknya. Musafir itu pun seketika tersungkur mati.
Tepat pada saat peluru menembus tubuh orang itu, pohon mati tersebut, secara ajaib, penuh dengan mekar bunga. Orang yang terbunuh itu seorang pembunuh, yang sedang dalam perjalanan untuk melakukan kejahatan terburuk sepanjang hidupnya.
Seperti Saudara lihat, ada dua jenis penasihat. Jenis yang pertama adalah penasihat yang secara mekanis memberitahu apa yang harus dilakukan menurut prinsip-prinsip baku tertentu. Jenis yang kedua adalah Manusia Pengetahuan. Barangsiapa bertemu dengan Manusia Pengetahuan, ia akan menanyakan nasihat moral kepadanya, dan menganggapnya sebagai moralis. Tetapi yang dijunjungnya adalah Kebenaran, bukan harapan-harapan saleh.
Guru Darwis yang digambarkan dalam kisah ini konon adalah Najmudin Kubra, salah seorang ulama Sufi yang terbesar. Ia mendirikan Kubrawi (Persaudaraan yang Lebih Agung) yang sangat mirip dengan serikat yang belakangan didirikan oleh Santo Fransiskus Assisi. Seperti juga Santo Fransiskus Assisi, Najmudin dikenal memiliki kekuasaan gaib atas binatang.
Najmudin termasuk di antara enam ratus ribu orang yang tewas ketika Khawarizmi di Asia Tengah dihancurkan pada tahun 1221. Konon, Jengiz Khan, Penguasa Mongol, karena mengetahui reputasinya, menawarkan kebebasan jika ia mau menyerahkan diri. Tetapi, Najmudin memilih berada di antara para pembela kota itu. Ia kemudian termasuk di antara korban yang tewas. Karena telah mengetahui akan datangnya malapetaka itu, Najmudin mengungsikan semua muridnya ke tempat aman beberapa saat sebelum bala tentara Mongol menyerbu.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/12/01/20/ly3fu5-kisah-bijak-para-sufi-orang-yang-mudah-marah
Redaktur: Chairul Akhmad
Sumber: Kisah Bijak Para Sufi oleh Idries Shah
Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu: Nilaimu Sebanding Tantanganmu
Semakin hebat godaan, semakin kuat gelora nafsu dan semakin banyak kesempatan untuk ma'siyat, tetapi tetap bahkan semakin bertaqwa kepada Allah, sungguh semakin besar dan mulia kedudukanmu dimata Allah, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, "Kami telah beriman", padahal mereka belum diuji" (QS29:2).
Rasulullah sudah menyampaikan peringatan bahwa, "Jalan ke Syurga banyak hal yang nafsumu tidak menyukainya, sementara jalan ke neraka sangat disukai nafsumu" (HR. Muslim) ...ayo semangat taat hidup sebentar ini my love fillah!
Redaktur: Slamet Riyanto
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/19/ly10v3-nilaimu-sebanding-tantanganmu
Rasulullah sudah menyampaikan peringatan bahwa, "Jalan ke Syurga banyak hal yang nafsumu tidak menyukainya, sementara jalan ke neraka sangat disukai nafsumu" (HR. Muslim) ...ayo semangat taat hidup sebentar ini my love fillah!
Redaktur: Slamet Riyanto
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/19/ly10v3-nilaimu-sebanding-tantanganmu
Friday, January 20, 2012
Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Jabat Tangan maka Berguguranlah Dosa Kita
Rasulullah bersabda "seseorang muslim bila bertemu dengan saudaranya sesama muslim lalu menjabat tangannnya, maka dosa keduanya akan berguguran sebagaimana daun-daun yang berguguran dari sebatang pohon yang kering pada hari ketika terjadi angin ribut. Jika tidak maka keduanya akan diampuni meskipun dosa mereka sebanyak buih di lautan (H. R Thabrani).
Subhanallah, sahabatku tercinta fillah, kini saatnya tidak lagi menganggap biasa jabat tangan apalagi meremehkan!
Redaktur: Slamet Riyanto
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/19/ly0zmt-jabat-tangan-maka-berguguranlah-dosa-kita
Subhanallah, sahabatku tercinta fillah, kini saatnya tidak lagi menganggap biasa jabat tangan apalagi meremehkan!
Redaktur: Slamet Riyanto
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/19/ly0zmt-jabat-tangan-maka-berguguranlah-dosa-kita
Thursday, January 19, 2012
Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Tanda-tanda Taubat yang Diterima Allah
Subhanallah, hakekat taubat diterima hanya Allah yang mengetahui, tetapi tanda tanda jelas dirasakan, berubahnya semangat dan kesenangan, tadinya sangat senang dengan dunia dan ma'siyat, menjadi sangat senang mendekat kepada Allah dengan kesenangan ibadah dan semangat amal sholeh, kesibukannyapun asyik tenggelam dalam perbaikan dan kebaikan (QS25:70), dia "istigroq" hatinya lembut dan mudah menangis karena Allah..." Ya Allah ampuni kami, terimalah taubat kami... duhai maha penerima taubat lagi maha mengampun... Aamiin".
Redaktur: Slamet Riyanto
sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/17/lxxivc-tandatanda-taubat-yang-diterima-allah
Redaktur: Slamet Riyanto
sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/17/lxxivc-tandatanda-taubat-yang-diterima-allah
Wednesday, January 18, 2012
Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Mukjizat Alquran: Sarang Semut
Oleh: Abduldaem Al-Kaheel
Subhanallah, semut adalah insinyur yang canggih dan menakjubkan dalam hal bangunan, konstruksi dan eksekusi.
Coba perhatikan gambar sarang semut di atas. Sarang semut yang sangat unik ini mengandung berbagai perangkat yang pelik sekali.
Gambar ini bukan bukit atau rumah gubuk. Namun, secara sederhana ini merupakan sarang yang dikonstruksi oleh semut!
Para ilmuwan menemukan bahwa sarang ini menandingi rumah yang dibangun oleh manusia. Rumah tersebut dilengkapi dengan perlengkapan yang dibutuhkan oleh semut seperti kamar khusus untuk menyimpan makanan, ventilasi slot, kamar untuk anak-anak dan sarana untuk sterilisasi.
Oleh karena itulah, Alquran menamakan rumah-rumah ini dengan masakin (sarang-sarang) yang merupakan sebutan dan nama yang detil sekali dari sisi ilmiah dan menjadi bukti akan kemukjizatan Al-Qur'an.
Allah SWT berfirman melalui lisan semut, "Berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu!" (QS. An-Naml: 18)
Sumber-sumber :
www.kaheel7.com
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/17/lxxox0-mukjizat-alquran-sarang-semut
Redaktur: Chairul Akhmad
Subhanallah, semut adalah insinyur yang canggih dan menakjubkan dalam hal bangunan, konstruksi dan eksekusi.
Coba perhatikan gambar sarang semut di atas. Sarang semut yang sangat unik ini mengandung berbagai perangkat yang pelik sekali.
Gambar ini bukan bukit atau rumah gubuk. Namun, secara sederhana ini merupakan sarang yang dikonstruksi oleh semut!
Para ilmuwan menemukan bahwa sarang ini menandingi rumah yang dibangun oleh manusia. Rumah tersebut dilengkapi dengan perlengkapan yang dibutuhkan oleh semut seperti kamar khusus untuk menyimpan makanan, ventilasi slot, kamar untuk anak-anak dan sarana untuk sterilisasi.
Oleh karena itulah, Alquran menamakan rumah-rumah ini dengan masakin (sarang-sarang) yang merupakan sebutan dan nama yang detil sekali dari sisi ilmiah dan menjadi bukti akan kemukjizatan Al-Qur'an.
Allah SWT berfirman melalui lisan semut, "Berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu!" (QS. An-Naml: 18)
Sumber-sumber :
www.kaheel7.com
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/17/lxxox0-mukjizat-alquran-sarang-semut
Redaktur: Chairul Akhmad
Tuesday, January 17, 2012
Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Calon Penghuni Surga
Oleh Syahruddin El-Fikri
Suatu hari, Fatimah az-Zahra ra datang menemui Rasulullah SAW dan menanyakan tentang sosok perempuan yang menjadi calon penghuni surga. Melihat kedatangan Fatimah, Rasul pun menyambutnya dengan gembira. “Ada apakah gerangan putriku sehingga datang menemuiku?” tanya Rasul SAW. “Wahai ayahanda, siapakah calon penghuni surga?” tanya Fatimah. Sambil tersenyum, Rasul menjawab, “Calon penghuni surga itu adalah Mutiah.”
Mendengar jawaban Rasul itu, Fatimah pun sedih. Namun, Rasul segera menghiburnya dan mengabarkan bahwa putrinya itu akan selalu bersamanya di surga nanti. Mendengar hal itu, bergembiralah Fatimah. Namun, ia penasaran dengan jawaban Rasulullah SAW tentang Mutiah yang akan menjadi calon penghuni surga. Gerangan apakah yang membuat Mutiah layak mendapatkan kehormatan itu.
Suatu hari, Fatimah bersama Hasan, putranya, datang berkunjung ke rumah Mutiah. Dari balik pintu, Fatimah memberi salam dan dijawab oleh Mutiah. Lalu, Mutiah bertanya, “Siapakah itu?” Fatimah menjawab; “Saya, Fatimah bersama anak saya, Hasan.” Mendengar hal itu, Mutiah pun senang. “Alangkah senangnya menerima kedatangan putri dari seorang yang mulia,” jawab Mutiah. “Tapi mohon maaf, bisakah Anda datang besok karena saya belum dapat izin dari suami saya untuk menerima Hasan,” tambah Mutiah.
Dengan heran, Fatimah pun bertanya, “Bukankah Hasan anak kecil?” “Iya, tapi dia laki-laki dan saya belum dapat izin dari suami,” kata Mutiah. Atas hal itu, Fatimah pun memakluminya dan berjanji akan datang besok pagi.
Keesokan harinya, Fatimah datang lagi ke rumah Mutiah. Kali ini, dia bersama Hasan dan Husein. Namun, jawaban yang sama disampaikan Mutiah karena dia hanya mendapatkan izin untuk menerima Fatimah dan Hasan, tapi tidak untuk Husein. Lalu, Fatimah kembali pulang ke rumahnya dan berjanji akan datang lagi besok.
Esok harinya, Fatimah datang lagi bersama Hasan dan Husein. Setelah memberi salam dan menyampaikan kedatangannya bersama kedua anaknya, Mutiah pun menyambutnya dengan penuh gembira. Mutiah menyampaikan permohonan maaf atas sikapnya dua hari terakhir yang menolak kedatangan Fatimah ke rumahnya disebabkan belum adanya izin dari sang suami. Atas hal ini, Fatimah pun memakluminya.
Selama di rumah Mutiah, Fatimah tak menemukan suatu ibadah yang menunjukkan Mutiah layak mendapat kehormatan sebagai calon penghuni surga. Fatimah melihat sebuah cambuk di atas meja. Ia pun menanyakan hal itu kepada Mutiah. “Cambuk itu selalu aku letakkan di sisi suamiku,” ujar Mutiah. “Apakah suami suka memukulmu?” tanya Fatimah.
Mutiah menjawab bahwa suaminya adalah seseorang yang sangat sayang kepada dirinya. Lalu, mengapa cambuk itu diberikan kepada suaminya? “Saya memberikan cambuk itu padanya agar apabila dia melihat sesuatu yang salah dan kurang dari pelayanan yang kuberikan, dia bisa memukulku. Alhamdulillah, selama ini suamiku belum pernah mempergunakannya untuk mencambuk diriku,” jawab Mutiah.
Fatimah pun kagum akan kesetiaan dan kehormatan yang senantiasa dijaga oleh Mutiah bila suaminya sedang tidak berada di rumah. Karena itu, pantaslah Mutiah mendapat predikat calon penghuni surga. Wallahu a’lam.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/17/lxxipd-calon-penghuni-surga
Redaktur: Heri Ruslan
Suatu hari, Fatimah az-Zahra ra datang menemui Rasulullah SAW dan menanyakan tentang sosok perempuan yang menjadi calon penghuni surga. Melihat kedatangan Fatimah, Rasul pun menyambutnya dengan gembira. “Ada apakah gerangan putriku sehingga datang menemuiku?” tanya Rasul SAW. “Wahai ayahanda, siapakah calon penghuni surga?” tanya Fatimah. Sambil tersenyum, Rasul menjawab, “Calon penghuni surga itu adalah Mutiah.”
Mendengar jawaban Rasul itu, Fatimah pun sedih. Namun, Rasul segera menghiburnya dan mengabarkan bahwa putrinya itu akan selalu bersamanya di surga nanti. Mendengar hal itu, bergembiralah Fatimah. Namun, ia penasaran dengan jawaban Rasulullah SAW tentang Mutiah yang akan menjadi calon penghuni surga. Gerangan apakah yang membuat Mutiah layak mendapatkan kehormatan itu.
Suatu hari, Fatimah bersama Hasan, putranya, datang berkunjung ke rumah Mutiah. Dari balik pintu, Fatimah memberi salam dan dijawab oleh Mutiah. Lalu, Mutiah bertanya, “Siapakah itu?” Fatimah menjawab; “Saya, Fatimah bersama anak saya, Hasan.” Mendengar hal itu, Mutiah pun senang. “Alangkah senangnya menerima kedatangan putri dari seorang yang mulia,” jawab Mutiah. “Tapi mohon maaf, bisakah Anda datang besok karena saya belum dapat izin dari suami saya untuk menerima Hasan,” tambah Mutiah.
Dengan heran, Fatimah pun bertanya, “Bukankah Hasan anak kecil?” “Iya, tapi dia laki-laki dan saya belum dapat izin dari suami,” kata Mutiah. Atas hal itu, Fatimah pun memakluminya dan berjanji akan datang besok pagi.
Keesokan harinya, Fatimah datang lagi ke rumah Mutiah. Kali ini, dia bersama Hasan dan Husein. Namun, jawaban yang sama disampaikan Mutiah karena dia hanya mendapatkan izin untuk menerima Fatimah dan Hasan, tapi tidak untuk Husein. Lalu, Fatimah kembali pulang ke rumahnya dan berjanji akan datang lagi besok.
Esok harinya, Fatimah datang lagi bersama Hasan dan Husein. Setelah memberi salam dan menyampaikan kedatangannya bersama kedua anaknya, Mutiah pun menyambutnya dengan penuh gembira. Mutiah menyampaikan permohonan maaf atas sikapnya dua hari terakhir yang menolak kedatangan Fatimah ke rumahnya disebabkan belum adanya izin dari sang suami. Atas hal ini, Fatimah pun memakluminya.
Selama di rumah Mutiah, Fatimah tak menemukan suatu ibadah yang menunjukkan Mutiah layak mendapat kehormatan sebagai calon penghuni surga. Fatimah melihat sebuah cambuk di atas meja. Ia pun menanyakan hal itu kepada Mutiah. “Cambuk itu selalu aku letakkan di sisi suamiku,” ujar Mutiah. “Apakah suami suka memukulmu?” tanya Fatimah.
Mutiah menjawab bahwa suaminya adalah seseorang yang sangat sayang kepada dirinya. Lalu, mengapa cambuk itu diberikan kepada suaminya? “Saya memberikan cambuk itu padanya agar apabila dia melihat sesuatu yang salah dan kurang dari pelayanan yang kuberikan, dia bisa memukulku. Alhamdulillah, selama ini suamiku belum pernah mempergunakannya untuk mencambuk diriku,” jawab Mutiah.
Fatimah pun kagum akan kesetiaan dan kehormatan yang senantiasa dijaga oleh Mutiah bila suaminya sedang tidak berada di rumah. Karena itu, pantaslah Mutiah mendapat predikat calon penghuni surga. Wallahu a’lam.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/17/lxxipd-calon-penghuni-surga
Redaktur: Heri Ruslan
Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Kelembutan Hati
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh H Imam Nur Suharno MPdI
Ada seorang syekh melihat seorang anak berwudhu di tepi sungai sambil menangis. Syekh tersebut bertanya, “Wahai anak, mengapa engkau menangis?”
Anak tersebut menjawab, “Saya membaca ayat Alquran, hingga sampai ayat: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS At-Tahrim [66]: 6). Saya takut, jangan-jangan Allah memasukkan saya ke neraka.”
Syekh tersebut berkata, “Wahai anak kecil, kamu tidak akan disiksa, karena kamu belum baligh, jangan merasa takut, kamu tidak berhak memasuki neraka.”
Anak kecil tersebut menjawab, “Wahai syekh, engkau adalah orang yang pandai, tidakkah syekh tahu bahwa seorang yang menyalakan api untuk satu keperluannya itu memulai dengan kayu-kayu yang kecil baru kemudian yang besar.”
Seraya menangis seorang syekh tersebut berkata, “Anak ini lebih takut kepada neraka daripada saya.”
Itulah gambaran kelembutan hati seseorang yang dibingkai dengan iman. Seorang yang betul-betul beriman dan senantiasa bertambah keimanannya akan semakin peka dan mudah merasai sesuatu, karena semua perkara akan dilihat dari kehendak-kehendak Allah, bukan dari kehendak-kehendaknya.
Seorang yang beriman kepada Allah pasti akan sedih apabila tidak dapat bersedekah karena tidak memiliki harta, akan takut apabila azab akan menimpa dirinya sewaktu-waktu, akan bersedih bila tidak mampu membantu orang-orang yang susah, akan meneteskan air mata kesedihan apabila melihat anak-anak yang terlantar, akan harap apabila nanti dimasukkan ke dalam surga, akan gembira apabila imannya terus kekal hingga ke penghujung usia, dan begitu seterusnya.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Demi Allah, seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kamu akan sedikit tertawa dan akan banyak menangis.” (HR Tirmidzi).
Seorang Tabi’in pernah berkata, “Siapa diberi ilmu dan tidak membuatnya menangis maka lebih baik baginya untuk tidak diberi ilmu, kerana Allah telah menerangkan bahwa sifat orang yang berilmu itu adalah menangis.” (HR Ad-Daraami).
Oleh karena itu, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa orang yang takut kepada Allah (karena kelembutan hatinya) adalah orang-orang yang berilmu, sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (orang-orang yang berilmu).” (QS Fathir [35]: 28). Wallahu a’lam.
sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/16/lxuo3z-kelembutan-hati
Redaktur: Heri Ruslan
STMIK AMIKOM
Ada seorang syekh melihat seorang anak berwudhu di tepi sungai sambil menangis. Syekh tersebut bertanya, “Wahai anak, mengapa engkau menangis?”
Anak tersebut menjawab, “Saya membaca ayat Alquran, hingga sampai ayat: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS At-Tahrim [66]: 6). Saya takut, jangan-jangan Allah memasukkan saya ke neraka.”
Syekh tersebut berkata, “Wahai anak kecil, kamu tidak akan disiksa, karena kamu belum baligh, jangan merasa takut, kamu tidak berhak memasuki neraka.”
Anak kecil tersebut menjawab, “Wahai syekh, engkau adalah orang yang pandai, tidakkah syekh tahu bahwa seorang yang menyalakan api untuk satu keperluannya itu memulai dengan kayu-kayu yang kecil baru kemudian yang besar.”
Seraya menangis seorang syekh tersebut berkata, “Anak ini lebih takut kepada neraka daripada saya.”
Itulah gambaran kelembutan hati seseorang yang dibingkai dengan iman. Seorang yang betul-betul beriman dan senantiasa bertambah keimanannya akan semakin peka dan mudah merasai sesuatu, karena semua perkara akan dilihat dari kehendak-kehendak Allah, bukan dari kehendak-kehendaknya.
Seorang yang beriman kepada Allah pasti akan sedih apabila tidak dapat bersedekah karena tidak memiliki harta, akan takut apabila azab akan menimpa dirinya sewaktu-waktu, akan bersedih bila tidak mampu membantu orang-orang yang susah, akan meneteskan air mata kesedihan apabila melihat anak-anak yang terlantar, akan harap apabila nanti dimasukkan ke dalam surga, akan gembira apabila imannya terus kekal hingga ke penghujung usia, dan begitu seterusnya.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Demi Allah, seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kamu akan sedikit tertawa dan akan banyak menangis.” (HR Tirmidzi).
Seorang Tabi’in pernah berkata, “Siapa diberi ilmu dan tidak membuatnya menangis maka lebih baik baginya untuk tidak diberi ilmu, kerana Allah telah menerangkan bahwa sifat orang yang berilmu itu adalah menangis.” (HR Ad-Daraami).
Oleh karena itu, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa orang yang takut kepada Allah (karena kelembutan hatinya) adalah orang-orang yang berilmu, sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (orang-orang yang berilmu).” (QS Fathir [35]: 28). Wallahu a’lam.
sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/16/lxuo3z-kelembutan-hati
Redaktur: Heri Ruslan
STMIK AMIKOM
Monday, January 16, 2012
Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Terlambat Sadar
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof Dr Yunahar Ilyas
Suatu hari, selesai memberikan pengajian di sebuah masjid, seorang jamaah mendekati dan menyalami saya. Tampaknya ada sesuatu yang mau disampaikan. Tetapi, karena masih ada jamaah lain maka pembicaraan kami bersifat umum saja. Setelah jamaah lain pamit dan tinggal kami berdua, barulah dia mulai menyampaikan persoalannya. "Sekarang saya baru sadar Ustaz."
Sambil melihat sekeliling, memastikan tidak ada jamaah yang datang, dia melanjutkan. "Begitu pandainya saya menyembunyikan, sehingga tidak ada yang tahu." Saya mulai menduga-duga ke mana arah pembicaraan. Sepertinya dia mau memberikan sebuah pengakuan. Barangkali dia berselingkuh, istri, mertua, orang tua, dan teman-temannya tidak tahu. Sekarang betapa banyaknya laki-laki berselingkuh dan pandai menyembunyikan perselingkuhannya.
"Menyembunyikan apa, Pak?" tanya saya. Karena dia tidak segera menjawab, saya sampaikan dugaan yang ada dalam pikiran saya. "Maaf, apa Bapak berselingkuh?" Dia malah tertawa. "Bukan Ustaz, saya tidak punya potongan untuk berselingkuh. Saya dulu peminum Ustaz." Dia diam sebentar, sepertinya mengingat masa mudanya. "Sejak muda saya sudah peminum. Bermacam-macam minuman keras sudah saya coba. Mula-mula yang berkadar alkohol rendah, lalu meningkat dengan kadar alkohol yang lebih tinggi. Sampai kemudian saya menikah."
"Apakah setelah menikah Bapak masih minum?" Dia menjawab masih minum. "Apakah mertua, terutama istri Bapak tidak melarangnya?" selidik saya. "Di situlah masalahnya Ustaz. Saya pandai sekali menyembunyikannya. Tidak ada yang tahu," jawabnya sambil sesekali melihat kiri kanan khawatir ada yang datang.
"Hebat sekali Bapak menyembunyikannya. Bertahun-tahun jadi peminum kok tidak ada yang tahu." Mendengar pujian saya bernada sinis itu dia tersenyum, tapi senyumnya kecut. Rupanya Bapak itu pandai mengatur kapan minum, di mana boleh minum, dan di mana tidak minum. Barangkali dia juga pandai mengatur di mana dan jam berapa boleh mabuk. Jarang peminum yang bisa menyembunyikan kebiasaan buruknya itu dalam waktu cukup lama dari keluarganya.
"Sekarang tentu Bapak sudah taubat kan?" tanya saya. Kalau orang sudah rajin shalat berjamaah di masjid dan mendengarkan pengajian, dapat dipastikan sudah bebas dari hal-hal semacam itu. Tidak mungkinlah peminum rajin ke masjid. Dengan anggukan dia menjawab, "Ya, Ustadz. Saya sudah taubat, tapi sudah terlambat." Segera saya yakinkan dia, bahwa tidak ada istilah terlambat untuk taubat. Selagi nyawa masih di kandung badan tetap dapat bertaubat. "Betul Ustaz," jawab dia.
"Kalau hubungannya dengan dosa, mudah-mudahan dosa saya diampuni oleh Allah SWT. Tetapi dari kesehatan, saya sudah terlambat sadar. Dokter menyatakan liver saya sudah berlobang akibat sering minum minuman keras. Beberapa waktu lalu saya dirawat di rumah sakit, karena perut saya bengkak." Saya kemudian membesarkan hatinya, semoga penyakitnya segera disembuhkan Allah SWT.
Itulah pertemuan saya yang terakhir dengan jamaah tersebut. Beberapa waktu kemudian dia meninggal dunia setelah kembali dirawat karena sakit livernya. Sering orang baru sadar dengan larangan Allah SWT setelah mengalami akibatnya sendiri.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/14/lxsmvg-terlambat-sadar
Redaktur: Heri Ruslan
STMIK AMIKOM
Suatu hari, selesai memberikan pengajian di sebuah masjid, seorang jamaah mendekati dan menyalami saya. Tampaknya ada sesuatu yang mau disampaikan. Tetapi, karena masih ada jamaah lain maka pembicaraan kami bersifat umum saja. Setelah jamaah lain pamit dan tinggal kami berdua, barulah dia mulai menyampaikan persoalannya. "Sekarang saya baru sadar Ustaz."
Sambil melihat sekeliling, memastikan tidak ada jamaah yang datang, dia melanjutkan. "Begitu pandainya saya menyembunyikan, sehingga tidak ada yang tahu." Saya mulai menduga-duga ke mana arah pembicaraan. Sepertinya dia mau memberikan sebuah pengakuan. Barangkali dia berselingkuh, istri, mertua, orang tua, dan teman-temannya tidak tahu. Sekarang betapa banyaknya laki-laki berselingkuh dan pandai menyembunyikan perselingkuhannya.
"Menyembunyikan apa, Pak?" tanya saya. Karena dia tidak segera menjawab, saya sampaikan dugaan yang ada dalam pikiran saya. "Maaf, apa Bapak berselingkuh?" Dia malah tertawa. "Bukan Ustaz, saya tidak punya potongan untuk berselingkuh. Saya dulu peminum Ustaz." Dia diam sebentar, sepertinya mengingat masa mudanya. "Sejak muda saya sudah peminum. Bermacam-macam minuman keras sudah saya coba. Mula-mula yang berkadar alkohol rendah, lalu meningkat dengan kadar alkohol yang lebih tinggi. Sampai kemudian saya menikah."
"Apakah setelah menikah Bapak masih minum?" Dia menjawab masih minum. "Apakah mertua, terutama istri Bapak tidak melarangnya?" selidik saya. "Di situlah masalahnya Ustaz. Saya pandai sekali menyembunyikannya. Tidak ada yang tahu," jawabnya sambil sesekali melihat kiri kanan khawatir ada yang datang.
"Hebat sekali Bapak menyembunyikannya. Bertahun-tahun jadi peminum kok tidak ada yang tahu." Mendengar pujian saya bernada sinis itu dia tersenyum, tapi senyumnya kecut. Rupanya Bapak itu pandai mengatur kapan minum, di mana boleh minum, dan di mana tidak minum. Barangkali dia juga pandai mengatur di mana dan jam berapa boleh mabuk. Jarang peminum yang bisa menyembunyikan kebiasaan buruknya itu dalam waktu cukup lama dari keluarganya.
"Sekarang tentu Bapak sudah taubat kan?" tanya saya. Kalau orang sudah rajin shalat berjamaah di masjid dan mendengarkan pengajian, dapat dipastikan sudah bebas dari hal-hal semacam itu. Tidak mungkinlah peminum rajin ke masjid. Dengan anggukan dia menjawab, "Ya, Ustadz. Saya sudah taubat, tapi sudah terlambat." Segera saya yakinkan dia, bahwa tidak ada istilah terlambat untuk taubat. Selagi nyawa masih di kandung badan tetap dapat bertaubat. "Betul Ustaz," jawab dia.
"Kalau hubungannya dengan dosa, mudah-mudahan dosa saya diampuni oleh Allah SWT. Tetapi dari kesehatan, saya sudah terlambat sadar. Dokter menyatakan liver saya sudah berlobang akibat sering minum minuman keras. Beberapa waktu lalu saya dirawat di rumah sakit, karena perut saya bengkak." Saya kemudian membesarkan hatinya, semoga penyakitnya segera disembuhkan Allah SWT.
Itulah pertemuan saya yang terakhir dengan jamaah tersebut. Beberapa waktu kemudian dia meninggal dunia setelah kembali dirawat karena sakit livernya. Sering orang baru sadar dengan larangan Allah SWT setelah mengalami akibatnya sendiri.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/14/lxsmvg-terlambat-sadar
Redaktur: Heri Ruslan
STMIK AMIKOM
Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Sembilan kemuliaan Tahajjud
Rasulullah bersabda, "Barang siapa menjaga tahajjud dengan sungguh-sungguh, maka Allah memberinya sembilan kemuliaan (lima di dunia dan empat di akhirat).
Di dunia:
1. Allah jauhkan dari bencana
2. Tanda kesholehan memancar diwajahnya
3. Akan dicintai hamba Allah yang sholeh dan disegani manusia
4. Bicaranya jadi hikmah
5. Mudah faham Agama Allah.
Diakhirat:
1. Bangkit dengan wajah penuh cahaya
2. Mudah saat hisab
3. Seperti kilat menyambar saat melintas shirot
4. Menerima catatan amal dari sebelah kanan.Subhanallah.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/13/lxqexd-sembilan-kemuliaan-tahajjud
Redaktur: Slamet Riyanto
STMIK AMIKOM
Di dunia:
1. Allah jauhkan dari bencana
2. Tanda kesholehan memancar diwajahnya
3. Akan dicintai hamba Allah yang sholeh dan disegani manusia
4. Bicaranya jadi hikmah
5. Mudah faham Agama Allah.
Diakhirat:
1. Bangkit dengan wajah penuh cahaya
2. Mudah saat hisab
3. Seperti kilat menyambar saat melintas shirot
4. Menerima catatan amal dari sebelah kanan.Subhanallah.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/13/lxqexd-sembilan-kemuliaan-tahajjud
Redaktur: Slamet Riyanto
STMIK AMIKOM
Saturday, January 14, 2012
Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Bagaimana Agar Semangat Tahajjud ?
1. Bertekad sungguh sungguh-sungguh
2. Kenali rahasia, hikmah dan keutamaan tahajjud
3. Minta nasehat ulama
4. Bersahabat dengan sahabat penikmat tahajjud
5. Bergabung dengan group Tahajjud Call
6. Sebagaima Rasululllah selalu menyegerakan tidur setelah sholat isya
7. Saling mengingatkan keluarga dan sahabat untuk saling membangunkan
8. Berwudhu sebelum tidur
9. Berdoa disertai niat tahajjud
10. Bisa dibantu dengan mengaktifkan jam weaker
11. Datangilah Majlis yang guru dan jamaahnya mengamalkan tahajjud
12. Bayangkan bahwa besuk kita mati
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/13/lxqeol-bagimana-agar-semangat-tahajjud
Redaktur: Slamet Riyanto
STMIK AMIKOM
2. Kenali rahasia, hikmah dan keutamaan tahajjud
3. Minta nasehat ulama
4. Bersahabat dengan sahabat penikmat tahajjud
5. Bergabung dengan group Tahajjud Call
6. Sebagaima Rasululllah selalu menyegerakan tidur setelah sholat isya
7. Saling mengingatkan keluarga dan sahabat untuk saling membangunkan
8. Berwudhu sebelum tidur
9. Berdoa disertai niat tahajjud
10. Bisa dibantu dengan mengaktifkan jam weaker
11. Datangilah Majlis yang guru dan jamaahnya mengamalkan tahajjud
12. Bayangkan bahwa besuk kita mati
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/13/lxqeol-bagimana-agar-semangat-tahajjud
Redaktur: Slamet Riyanto
STMIK AMIKOM
Thursday, January 12, 2012
Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Tahajud Tradisinya Orang-orang Saleh
Sahabatku tercinta fillah bacalah dengan Iman surah al Isra ayat 79, "Hendaklah kalian bangun disebagian malam untuk sholat tahajjud sebagai sholat sunnah tambahan bagimu, niscaya Allah akan menempatkanmu pada "maqoomam mahmuuda" kedudukan yang terpuji".
Rasulullah bersabda," Sesungguhnya kemuliaan seorang mukmin itu ada pada shalat malamnya". Sungguh terpuji dimata Allah, dimata para Malaikat-Nya dan dimata mahluk-Nya bagi penegak tahajjud... karena itulah tahajud adalah " da'bush Shoolihiin" tradisinya orang-orang saleh... Ayo raih kemuliaan hidup kita dengan selalu shalat malam!
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/11/lxihi8-tahajud-tradisinya-orangorang-saleh
Redaktur: Slamet Riyanto
STMIK AMIKOM
Rasulullah bersabda," Sesungguhnya kemuliaan seorang mukmin itu ada pada shalat malamnya". Sungguh terpuji dimata Allah, dimata para Malaikat-Nya dan dimata mahluk-Nya bagi penegak tahajjud... karena itulah tahajud adalah " da'bush Shoolihiin" tradisinya orang-orang saleh... Ayo raih kemuliaan hidup kita dengan selalu shalat malam!
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/11/lxihi8-tahajud-tradisinya-orangorang-saleh
Redaktur: Slamet Riyanto
STMIK AMIKOM
Tuesday, January 10, 2012
Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Tanda-tanda Hati yang Mati
1. Berani meninggalkan sholat
2. Tenang tanpa merasa berdosa pdahal sedang melakukan dosa besar
3. Tidak tersentuh hatinya bahkan menjauh dengan ayat-ayat Al-Qur'an
4. Terus menerus maksiyat
5. Sibuknya hanya mempergunjing dan buruk sangka
6. Sangat benci dengan nasehat baik dan ulama
7, Tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, kuburan dan akhirat
8. Gilanya pada dunia tanpa peduli dosa
9. Senang melihat orang susah dan menderita.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/09/lxignk-tandatanda-hati-yang-mati
Redaktur: Slamet Riyanto
STMIK AMIKOM
2. Tenang tanpa merasa berdosa pdahal sedang melakukan dosa besar
3. Tidak tersentuh hatinya bahkan menjauh dengan ayat-ayat Al-Qur'an
4. Terus menerus maksiyat
5. Sibuknya hanya mempergunjing dan buruk sangka
6. Sangat benci dengan nasehat baik dan ulama
7, Tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, kuburan dan akhirat
8. Gilanya pada dunia tanpa peduli dosa
9. Senang melihat orang susah dan menderita.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/09/lxignk-tandatanda-hati-yang-mati
Redaktur: Slamet Riyanto
STMIK AMIKOM
Monday, January 9, 2012
Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Bergerak itu Berkah
REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh : Meylina Hidayanti
Ibnul Qoyyim rahimatulullah pernah berkata, ''Suatu keuntungan, kebaikan, kenikmatan, kesempurnaan, semuanya tak akan diperoleh, kecuali dengan merasakan kesulitan.'' Menurutnya, semua itu tak bisa dicapai kecuali melewati jembatan keletihan. Semua orang cerdik pandai sepakat bahwa kenikmatan tidak didapati melalui kenikmatan. Dan bahwa orang yang lebih mengutamakan istirahat, kelak akan kehilangan istirahat.
Ia melanjutkan, ''Dan bahwa kebahagiaan dan kenikmatan itu tergantung sejauh mana seseorang melewati kengerian dan memikul beban dalam memperolehnya. Tak ada kebahagiaan bagi orang yang tak memiliki obsesi untuk bahagia. Tak ada kelezatan bagi orang yang tak bersabar memperolehnya. Tak ada kenikmatan bagi orang yang tidak mau berkorban untuk kenikmatan, tidak ada istirahat bagi orang yang tak mau berletih-letih untuk istirahat.''
Maka, berjuang dan perjuangkanlah untuk menggapai apa yang ingin kau capai.Uuntuk meraih apa yang ingin kau raih, maka teruslah bergerak. Bergerak dengan perlahan namun pasti. Bersabar dan terus tegar. “Wajib bagi seseorang yang cerdas untuk berusaha menggapai puncak yang bisa ia capai. Andaikata anak adam bisa membayangkan bahwa ia sanggup ke langit maka anda akan melihat bahwa diamnya ia di bumi adalah perkara yang sangat dibenci,” ucap Ibnu Jauzi.
Bergeraklah…
Alam mengajarkan kita untuk senantiasa bergerak agar tercipta sebuah kesempurnaan sebagaimana fungsinya ia diciptakan. Sebagaimana air, apabila ia terus tergenang dalam sebuah wadah, maka ia akan jauh dari sebuah nilai kebermanfaatan dan kenikmatan, karena menimbulkan beragam jentik-jentik penyakit di dalamnya.
"Menjadi ada adalah karunia, sebab kita tidak dapat mengadakan diri kita sendiri. Tapi menjadi ada saja tidaklah cukup, kita ada karena diperintahkan untuk memiliki makna,” kata Ahmad Zairofi.
Begitulah hakikat sebuah kebermaknaan dalam penciptaan, untuk terus bergerak menghadirkan kebermanfaatan dan perubahan. Sebagaimana bumi dan matahari yang tak pernah malas untuk bergerak. ia terus berputar pada porosnya sehingga tercipta keseimbangan dalam alam galaksi bima sakti. “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya…”(QS.36:38).
Sebagaimana pula dalam sebuah siklus hidrologi, uap air pun terus bergerak. “Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya…” (QS.24 : 43).
Bergerak adalah Keberkahan...
Mukmin yang cerdas adalah yang senantiasa mampu mengendalikan diri dan menata dirinya untuk hari esok. Sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah saw pada salah satu hadis, bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Jika hari ini sama dengan hari kemarin, maka kita termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi.
Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS.Al Hasyr:18).
Bagaimana mungkin kita mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat jika enggan untuk bergerak?
Maka,
Teruslah bergerak, untuk menghasilkan sebuah kebermaknaan dalam penciptaan.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/09/lxismx-bergerak-itu-berkah
Redaktur: Heri Ruslan
Sumber: Meylina Hidayati
STMIK AMIKOM
Oleh : Meylina Hidayanti
Ibnul Qoyyim rahimatulullah pernah berkata, ''Suatu keuntungan, kebaikan, kenikmatan, kesempurnaan, semuanya tak akan diperoleh, kecuali dengan merasakan kesulitan.'' Menurutnya, semua itu tak bisa dicapai kecuali melewati jembatan keletihan. Semua orang cerdik pandai sepakat bahwa kenikmatan tidak didapati melalui kenikmatan. Dan bahwa orang yang lebih mengutamakan istirahat, kelak akan kehilangan istirahat.
Ia melanjutkan, ''Dan bahwa kebahagiaan dan kenikmatan itu tergantung sejauh mana seseorang melewati kengerian dan memikul beban dalam memperolehnya. Tak ada kebahagiaan bagi orang yang tak memiliki obsesi untuk bahagia. Tak ada kelezatan bagi orang yang tak bersabar memperolehnya. Tak ada kenikmatan bagi orang yang tidak mau berkorban untuk kenikmatan, tidak ada istirahat bagi orang yang tak mau berletih-letih untuk istirahat.''
Maka, berjuang dan perjuangkanlah untuk menggapai apa yang ingin kau capai.Uuntuk meraih apa yang ingin kau raih, maka teruslah bergerak. Bergerak dengan perlahan namun pasti. Bersabar dan terus tegar. “Wajib bagi seseorang yang cerdas untuk berusaha menggapai puncak yang bisa ia capai. Andaikata anak adam bisa membayangkan bahwa ia sanggup ke langit maka anda akan melihat bahwa diamnya ia di bumi adalah perkara yang sangat dibenci,” ucap Ibnu Jauzi.
Bergeraklah…
Alam mengajarkan kita untuk senantiasa bergerak agar tercipta sebuah kesempurnaan sebagaimana fungsinya ia diciptakan. Sebagaimana air, apabila ia terus tergenang dalam sebuah wadah, maka ia akan jauh dari sebuah nilai kebermanfaatan dan kenikmatan, karena menimbulkan beragam jentik-jentik penyakit di dalamnya.
"Menjadi ada adalah karunia, sebab kita tidak dapat mengadakan diri kita sendiri. Tapi menjadi ada saja tidaklah cukup, kita ada karena diperintahkan untuk memiliki makna,” kata Ahmad Zairofi.
Begitulah hakikat sebuah kebermaknaan dalam penciptaan, untuk terus bergerak menghadirkan kebermanfaatan dan perubahan. Sebagaimana bumi dan matahari yang tak pernah malas untuk bergerak. ia terus berputar pada porosnya sehingga tercipta keseimbangan dalam alam galaksi bima sakti. “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya…”(QS.36:38).
Sebagaimana pula dalam sebuah siklus hidrologi, uap air pun terus bergerak. “Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya…” (QS.24 : 43).
Bergerak adalah Keberkahan...
Mukmin yang cerdas adalah yang senantiasa mampu mengendalikan diri dan menata dirinya untuk hari esok. Sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah saw pada salah satu hadis, bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Jika hari ini sama dengan hari kemarin, maka kita termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi.
Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS.Al Hasyr:18).
Bagaimana mungkin kita mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat jika enggan untuk bergerak?
Maka,
Teruslah bergerak, untuk menghasilkan sebuah kebermaknaan dalam penciptaan.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/09/lxismx-bergerak-itu-berkah
Redaktur: Heri Ruslan
Sumber: Meylina Hidayati
STMIK AMIKOM
Subscribe to:
Posts (Atom)