Monday, January 30, 2012

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu: Inilah Keutamaan Berbaik Sangka

REPUBLIKA.CO.ID, Suatu hari Rasulullah SAW mengutus Umar RA untuk menarik zakat dari para sahabat. Akan tetapi, Ibnu Jamil, Khalid bin Walid, dan Abbas yang juga paman Nabi SAW tidak menyerahkan zakatnya. Umar pun kemudian melaporkan sikap ketiga sahabat itu kepada Rasulullah.

Mendengar laporan itu, Rasulullah bersabda, ''Tiada sesuatu yang membuat Ibnu Jamil enggan untuk menyerahkan zakat kecuali dirinya fakir, kemudian Allah menjadikannya kaya. Adapun Khalid, sesungguhnya kalian telah berbuat zalim terhadapnya (karena) ia menginfakkan baju besi dan peralatan perangnya di jalan Allah. Adapun Abbas, aku telah mengambil zakatnya dua tahun lalu.''

Setelah itu, Rasulullah pun bersabda, ''Wahai Umar, apakah kamu tidak tahu bahwa paman seseorang itu sama seperti ayahnya?'' (HR Bukhari dan Muslim). Dari kisah itu, Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya untuk berbaik sangka kepada sesama. Nabi SAW senantiasa mengingatkan umatnya untuk menjauhi prasangka buruk.

Allah SWT juga melarang hamba-Nya yang beriman untuk berprasangka. ''Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa... ' (QS al-Hujurat:12). Syekh Salim bin Ied al-Hilali dalam Syarah Riyadhus Shalihin, mengungkapkan, seorang hamba Allah yang beriman hendaknya menjauhkan diri dari menuduh, menghianati keluarga, kerabat dan orang-orang bukan pada tempatnya.

Rasulullah SAW menegaskan dalam hadisnya, ''Jauhilah olehmu prasangka. Sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.'' (Muttafaq 'alaih). Lalu apa sebenarnya prasangka itu? Dalam Alquran, prasangka disebut dengan az-Zhann. Syekh Mahmud al-Mishri dalam kitab Mausu'ah min Akhlaqir-Rasul, menjelaskan secara detail tentang jenis-jenis prasangka.

Menurut Syekh al-Mishri, ada empat macam prasangka yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, prasangka yang diharamkan. Prasangka yang termasuk kategori haram itu adalah berprasangka buruk terhadap Allah serta berprasangka buruk terhadap kaum Muslimin yang adil.

Kedua, prasangka yang diperbolehkan. ''Prasangka yang diperbolehkan adalah yang terlintas dalam hati seorang Muslim kepada saudaranya karena adanya hal yang mencurigakan,'' papar Syekh al-Mishri. Ketiga, prasangka yang dianjurkan. Menurut dia, prasangka jenis ini adalah prasangka yang baik terhadap sesama Muslim.

Keempat prasangka yang diperintahkan. Menurut Syekh al-Mishri, prasangka yang diperintahkan adalah prasangka dalam hal ibadah dan hukum yang belum ada nashnya. ''Dalam hal ibadah, kita cukup berdasarkan prasangka yang kuat, seperti menerima kesaksian dari saksi yang adil, mencari arah kiblat, menaksir kerusakan-kerusakan, dan denda pidana yang tidak ada nash yang menentukan jumlah atau kadarnya,'' ungkapnya.

Sufyan ats-Tsauri menjelaskan ada dua jenis prasangka, yakni berdosa dan tidak berdosa. Prasangka yang berdosa, tutur ats-Tasuri, jika seseorang berprasangka dan mengucapkannya kepada orang lain. Sedangkan, yang tak berdosa adalah prasangka yang tidak diucapkan atau disebarkan kepada orang lain.

Rasulullah SAW senantiasa mendidik dan mengarahkan para sahabat agar berbaik sangka (ber-husnuzh-zhann) terhadap Allah SWT dan manusia di sekitar mereka, agar hati mereka tetap bersatu. Tiga hari menjelang wafat, Rasulullah SAW bersabda, ''Janganlah seseorang meninggal dunia, kecuali dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah SWT.'' (HR Muslim, hadis sahih).

Berbaik sangka kepada Allah SWT merupakan kenikmatan yang paling agung. Abu Hurairah RA meriwayatkan sabda Rasulullah SAW tentang kemuliaan berprasangka baik kepada sang Khalik. ''Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman, Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku.''

''Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya se depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Ahmad bin Abbas an-Numri berkata, ''Sungguh aku berharap kepada Allah hingga seolah aku melihat betapa indahnya balasan Allah atas kebaikan prasangkaku.'' Syekh al-Mishri, mengungkapkan, kebersihan hati seorang Mukmin adalah salah satu hal yang penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hati yang bersih akan memudahkan umat untuk menjalin ukhuwah Islamiyah. Salah satu cara memelihara jalinan ukhuwah Islamiyah adalah dengan berbaik sangka kepada saudara-saudara sesama Muslim.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/30/lyl2uz-inilah-keutamaan-berbaik-sangka

Thursday, January 26, 2012

Character Principles : SDIT Anak Sholeh Sedayu Bantul

1.Your character is defined by what you do, not what you say or believe.
2.Every choice you make helps define the kind of person you are choosing to be.
3.Good character requires doing the right thing, even when it is costly or risky.
4.You don't have to take the worst behavior of others as a standard for yourself. 5.You can choose to be better than that.
6.What you do matters, and one person can make a big difference.
7.The payoff for having good character is that it makes you a better person and it makes the world a better place.

Sumber : http://goodcharacter.com/

Wednesday, January 25, 2012

How to Do Character Education : SDIT Anak Sholeh Sedayu Charater

How to Do Character Education
by
David H. Elkind and Freddy Sweet Ph.D.


This article first appeared in the Sept/Oct 2004 issue of Today's School under the title: "You Are A Character Educator."

Let’s get one thing perfectly clear – you are a character educator. Whether you are a teacher, administrator, custodian, or school bus driver, you are helping to shape the character of the kids you come in contact with. It’s in the way you talk, the behaviors you model, the conduct you tolerate, the deeds you encourage, the expectations you transmit. Yes, for better or for worse, you already are doing character education. The real question is what kind? Are you doing it well or poorly? By design or by default? And what kinds of values are you actually teaching?

Simply put, character education (CE) is everything you do that influences the character of the kids you teach. But to put it in a more focused light, we like Dr. Thomas Lickona’s definition, that “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values.” In his landmark book, Educating for Character,1 Dr. Lickona asserts that “When we think about the kind of character we want for our children, it’s clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right—even in the face of pressure from without and temptation from within.”

What’s especially useful about Dr. Lickona’s model is that it describes a developmental process that involves knowledge, feelings, and action, and thereby provides an integrated foundation on which to structure a coherent and comprehensive CE effort. It tells us that we need to engage our kids in activities that make them think critically about moral and ethical questions, inspire them to become committed to moral and ethical actions, and give them ample opportunities to practice moral and ethical behavior.
What Does Character Education Look Like?

This is a highly controversial issue, and depends largely on your desired outcome. Many people believe that simply getting kids to do what they’re told is character education. This idea often leads to an imposed set of rules and a system of rewards and punishments that produce temporary and limited behavioral changes, but they do little or nothing to affect the underlying character of the children. There are others who argue that our aim should be to develop independent thinkers who are committed to moral principals in their lives, and who are likely to do the right thing even under challenging circumstances. That requires a somewhat different approach, and is the bias of this article.

CE initiatives can be very modest, like one good teacher doing a few things right, or they can be very elaborate, involving everybody and everything in the school. What you do will probably depend on your circumstances. Here are some options.
The Holistic Approach

“Effective character education is not adding a program or set of programs to a school. Rather it is a transformation of the culture and life of the school.” 2
-—Dr. Marvin Berkowitz

Popular wisdom holds that the best way to implement character education is through a holistic approach that integrates character development into every aspect of school life. This approach is also known as whole school reform, and it’s a biggie. Here are some of the distinguishing features of the holistic model:

• Everything in the school is organized around the development of relationships between and among students, staff, and community.

• The school is a caring community of learners in which there is a palpable bond connecting the students, the staff, and the school. (see Build a Caring Community, below)

• Social and emotional learning is emphasized as much as academic learning.

• Cooperation and collaboration among students are emphasized over competition.

• Values such as fairness, respect, and honesty are part of everyday lessons in and out of the classroom.

• Students are given ample opportunities to practice moral behavior through activities such as service learning (see below).

• Discipline and classroom management concentrate on problem-solving rather than rewards and punishments.

• The old model of the teacher-centered classroom is abandoned in favor of democratic classrooms where teachers and students hold class meetings to build unity, establish norms, and solve problems.

Obviously, this is a best-of-all-possible-worlds approach and requires a significant commitment from the administration and teaching staff. Also, it is usually a multi-year process involving consultants, staff development, and a serious budget.

But, what if you can’t do all the things listed above? Not to worry. CE is not an all-or-nothing enterprise. Even if you can’t restructure the whole school there is still a lot you can do to provide meaningful character building experiences for your students. The rest of this article lays out a smorgasbord of activities that have been shown to produce positive effects. We invite you to window-shop and pick out whatever you think will work well for you. Done right, it’s all good stuff.
The Smorgasbord Approach

Build a Caring Community

By “caring community” we mean that everybody in the school—students, staff, administration—treats everyone else with kindness and respect. To accomplish such a lofty goal, your students will need to play an active role in shaping the culture and environment of the classroom, as well as of the school at large. Here are some ways to make that happen.

• Hold class meetings in which students establish group goals, decide on rules of conduct, plan activities, and solve problems.

• Have your students collaborate on academic tasks by working in cooperative learning groups. Give them regular opportunities to plan and reflect on the ways they work together.

• Organize a Buddies program in which younger and older students get together to work one-on-one on academic tasks and other kinds of activities.

• Teach conflict resolution and other social skills so that students become skilled at resolving conflicts fairly and peacefully.

These strategies help students learn to establish and maintain positive relationships with others. They also turn the school into a laboratory where students practice the kinds of roles, and cope with the kinds of challenges, they will face in later life.

Copyright Elkind+Sweet Communications / Live Wire Media.
Reprinted by permission. Copied from www.GoodCharacter.com.

Tuesday, January 24, 2012

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Kisah Bijak Para Sufi: Orang yang Mudah Marah

REPUBLIKA.CO.ID, Setelah bertahun-tahun lamanya, seorang yang sangat mudah naik darah menyadari bahwa ia sering mendapat kesulitan karena sifatnya itu.

Suatu hari, ia mendengar tentang seorang darwis yang berpengetahuan dalam; ia pun menemuinya untuk meminta nasihat.

Darwis itu berkata, "Pergilah ke sebuah persimpangan jalan. Di sana, kau akan menemukan sebatang pohon mati. Berdirilah di bawahnya dan berikan air kepada setiap pejalan yang lewat di tempat itu!"

Lelaki itu berbuat seperti yang diperintahkan. Hari-hari berlalu, dan ia pun mulai dikenal sebagai seorang yang mengikuti latihan tertentu perihal kemurahan hati dan pengendalian diri, di bawah bimbingan seseorang yang berpengetahuan sejati.

Pada suatu hari, ada seorang lelaki berjalan tergesa-gesa; ia membuang muka ketika ditawari air, dan terus bergegas melanjutkan perjalanannya. Orang yang mudah marah itu memanggilnya berulang kali, "Kembali kau, balas salamku! Minum air ini, yang kusediakan untuk para musafir!"

Tetapi tak ada jawaban. Tidak tahan menerima perlakuan tersebut, orang yang pemarah itu lupa akan latihannya. Ia meraih senjatanya, yang dicantelkannya di pohon mati itu. Dengan sigap dibidiknya musafir yang tak peduli itu, dan ditembaknya. Musafir itu pun seketika tersungkur mati.

Tepat pada saat peluru menembus tubuh orang itu, pohon mati tersebut, secara ajaib, penuh dengan mekar bunga. Orang yang terbunuh itu seorang pembunuh, yang sedang dalam perjalanan untuk melakukan kejahatan terburuk sepanjang hidupnya.

Seperti Saudara lihat, ada dua jenis penasihat. Jenis yang pertama adalah penasihat yang secara mekanis memberitahu apa yang harus dilakukan menurut prinsip-prinsip baku tertentu. Jenis yang kedua adalah Manusia Pengetahuan. Barangsiapa bertemu dengan Manusia Pengetahuan, ia akan menanyakan nasihat moral kepadanya, dan menganggapnya sebagai moralis. Tetapi yang dijunjungnya adalah Kebenaran, bukan harapan-harapan saleh.

Guru Darwis yang digambarkan dalam kisah ini konon adalah Najmudin Kubra, salah seorang ulama Sufi yang terbesar. Ia mendirikan Kubrawi (Persaudaraan yang Lebih Agung) yang sangat mirip dengan serikat yang belakangan didirikan oleh Santo Fransiskus Assisi. Seperti juga Santo Fransiskus Assisi, Najmudin dikenal memiliki kekuasaan gaib atas binatang.

Najmudin termasuk di antara enam ratus ribu orang yang tewas ketika Khawarizmi di Asia Tengah dihancurkan pada tahun 1221. Konon, Jengiz Khan, Penguasa Mongol, karena mengetahui reputasinya, menawarkan kebebasan jika ia mau menyerahkan diri. Tetapi, Najmudin memilih berada di antara para pembela kota itu. Ia kemudian termasuk di antara korban yang tewas. Karena telah mengetahui akan datangnya malapetaka itu, Najmudin mengungsikan semua muridnya ke tempat aman beberapa saat sebelum bala tentara Mongol menyerbu.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/12/01/20/ly3fu5-kisah-bijak-para-sufi-orang-yang-mudah-marah
Redaktur: Chairul Akhmad
Sumber: Kisah Bijak Para Sufi oleh Idries Shah

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu: Nilaimu Sebanding Tantanganmu

Semakin hebat godaan, semakin kuat gelora nafsu dan semakin banyak kesempatan untuk ma'siyat, tetapi tetap bahkan semakin bertaqwa kepada Allah, sungguh semakin besar dan mulia kedudukanmu dimata Allah, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, "Kami telah beriman", padahal mereka belum diuji" (QS29:2).

Rasulullah sudah menyampaikan peringatan bahwa, "Jalan ke Syurga banyak hal yang nafsumu tidak menyukainya, sementara jalan ke neraka sangat disukai nafsumu" (HR. Muslim) ...ayo semangat taat hidup sebentar ini my love fillah!
Redaktur: Slamet Riyanto

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/19/ly10v3-nilaimu-sebanding-tantanganmu

Saturday, January 21, 2012

Sosialisasi Penerimaan Siswa Didik Baru SDIT Anak Sholeh Sedayu

Sosialisasi Penerimaan Siswa Didik Baru SDIT Anak Sholeh Sedayu

Hari ini tanggal 21 Januari 2012 diadakan sosialisasi Penerimaan Siswa Didik Baru (PSDB) SDIT Anak Sholeh untuk tahun ajaran 2012//2013. Acara sosialisasi ini diperuntukkan bagi internal Anak Sholeh, yaitu TKIT Anak Sholeh kelas B. PJ sosialisasi hari ini sebagai MC adalah Ustadzah Tiva...

Acara lengkapnya adalah pembukaan, tahfidz oleh siswi SDIT Anak Sholeh, sambutan yayasan atau yang mewakili dan acara inti (Sosialisasi), Tanya Jawab, Penutup.

Setelah dipimpin doa pembukaan oleh ustadzah Tiva, Siswi SDIT anak Sholeh yang ditunjuk untuk Tahfidz yaitu Mbak Nisa dan Mbak Sinfa. Surat yang dibaca adalah An-Naba'.

Alhamdulillah, 40 ayat surat An-Naba' dengan lancar dibacakan oleh Mbak Nisa dan Mbak Sinfa. Selanjutnya Sambutan dan acara inti sosialisasi disampaikan oleh Kepala Sekolah SDIT Anak Sholeh Sedayu,Ustadz Anton Yudhana.

Mewakili yayasan, ustadz Anton menyampaikan terima kasih atas kepercayaan dari orang tua/ wali murid untuk menyekolahkan anaknya di TKIT Anak Sholeh dan selanjutnya di SDIT Anak Sholeh Sedayu. Juga, disampaikan sejarah perkembangan pendirian SDIT Anak Sholeh dan peluang-peluang untuk beramal dengan wakaf tunai.

Dalam uraian sosialisasi, disampaikan, visi-misi-tujuan SDIT Anak Sholeh, latar belakang pendirian SDIT Anak Sholeh Sedayu, lokasi pendidikan, konsep pembelajaran, kegiatan2 dalam satu tahun,Jadwal PSDB, Biaya pendidikan.

Selanjutnya dilakukan tanya jawab antara pihak sekolah dengan peserta sosialisasi. Penanya yang pertama adalah Ibu Ismi, selanjutnya Ibu Usriyah dari Taman Sedayu, dan Ibu Erita. Pertanyaan yang mengemuka diantaranya adalah Biaya bagi anak yang lebih dari satu disekolahkan di SDIT Anak Sholeh, prioritas tes, syarat masuk, kualifikasi ustadzah, dan konsep pembelajarannya.

Ibu Ismi, dengan antusias menanyakan seputar syarat masuk dan kualifikasi ustadzah.

Ibu Usriyah juga, nampak semangat menanyakan apakah ada prioritas utama dari TKIT Anak Sholeh untuk masuk ke SDIT ..

Dengan semangat juga, bu erita menyampaikan pertanyaan seputar kurikulum dan konsep pembelajaran yang dipakai. Apakah di SDIT Anak Sholeh dijejali dengan teori-teori yang tidak membumi, ataukah dengan materi yang aplikatif, sehingga anak benar-benar faham dan mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh.

Friday, January 20, 2012

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Jabat Tangan maka Berguguranlah Dosa Kita

Rasulullah bersabda "seseorang muslim bila bertemu dengan saudaranya sesama muslim lalu menjabat tangannnya, maka dosa keduanya akan berguguran sebagaimana daun-daun yang berguguran dari sebatang pohon yang kering pada hari ketika terjadi angin ribut. Jika tidak maka keduanya akan diampuni meskipun dosa mereka sebanyak buih di lautan (H. R Thabrani).

Subhanallah, sahabatku tercinta fillah, kini saatnya tidak lagi menganggap biasa jabat tangan apalagi meremehkan!
Redaktur: Slamet Riyanto

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/19/ly0zmt-jabat-tangan-maka-berguguranlah-dosa-kita

Thursday, January 19, 2012

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Tanda-tanda Taubat yang Diterima Allah

Subhanallah, hakekat taubat diterima hanya Allah yang mengetahui, tetapi tanda tanda jelas dirasakan, berubahnya semangat dan kesenangan, tadinya sangat senang dengan dunia dan ma'siyat, menjadi sangat senang mendekat kepada Allah dengan kesenangan ibadah dan semangat amal sholeh, kesibukannyapun asyik tenggelam dalam perbaikan dan kebaikan (QS25:70), dia "istigroq" hatinya lembut dan mudah menangis karena Allah..." Ya Allah ampuni kami, terimalah taubat kami... duhai maha penerima taubat lagi maha mengampun... Aamiin".
Redaktur: Slamet Riyanto
sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/17/lxxivc-tandatanda-taubat-yang-diterima-allah

Wednesday, January 18, 2012

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Mukjizat Alquran: Sarang Semut

Oleh: Abduldaem Al-Kaheel

Subhanallah, semut adalah insinyur yang canggih dan menakjubkan dalam hal bangunan, konstruksi dan eksekusi.

Coba perhatikan gambar sarang semut di atas. Sarang semut yang sangat unik ini mengandung berbagai perangkat yang pelik sekali.

Gambar ini bukan bukit atau rumah gubuk. Namun, secara sederhana ini merupakan sarang yang dikonstruksi oleh semut!

Para ilmuwan menemukan bahwa sarang ini menandingi rumah yang dibangun oleh manusia. Rumah tersebut dilengkapi dengan perlengkapan yang dibutuhkan oleh semut seperti kamar khusus untuk menyimpan makanan, ventilasi slot, kamar untuk anak-anak dan sarana untuk sterilisasi.

Oleh karena itulah, Alquran menamakan rumah-rumah ini dengan masakin (sarang-sarang) yang merupakan sebutan dan nama yang detil sekali dari sisi ilmiah dan menjadi bukti akan kemukjizatan Al-Qur'an.

Allah SWT berfirman melalui lisan semut, "Berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu!" (QS. An-Naml: 18)


Sumber-sumber :
www.kaheel7.com
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/17/lxxox0-mukjizat-alquran-sarang-semut

Redaktur: Chairul Akhmad

Tuesday, January 17, 2012

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Calon Penghuni Surga

Oleh Syahruddin El-Fikri

Suatu hari, Fatimah az-Zahra ra datang menemui Rasulullah SAW dan menanyakan tentang sosok perempuan yang menjadi calon penghuni surga. Melihat kedatangan Fatimah, Rasul pun menyambutnya dengan gembira. “Ada apakah gerangan putriku sehingga datang menemuiku?” tanya Rasul SAW. “Wahai ayahanda, siapakah calon penghuni surga?” tanya Fatimah. Sambil tersenyum, Rasul menjawab, “Calon penghuni surga itu adalah Mutiah.”

Mendengar jawaban Rasul itu, Fatimah pun sedih. Namun, Rasul segera menghiburnya dan mengabarkan bahwa putrinya itu akan selalu bersamanya di surga nanti. Mendengar hal itu, bergembiralah Fatimah. Namun, ia penasaran dengan jawaban Rasulullah SAW tentang Mutiah yang akan menjadi calon penghuni surga. Gerangan apakah yang membuat Mutiah layak mendapatkan kehormatan itu.

Suatu hari, Fatimah bersama Hasan, putranya, datang berkunjung ke rumah Mutiah. Dari balik pintu, Fatimah memberi salam dan dijawab oleh Mutiah. Lalu, Mutiah bertanya, “Siapakah itu?” Fatimah menjawab; “Saya, Fatimah bersama anak saya, Hasan.” Mendengar hal itu, Mutiah pun senang. “Alangkah senangnya menerima kedatangan putri dari seorang yang mulia,” jawab Mutiah. “Tapi mohon maaf, bisakah Anda datang besok karena saya belum dapat izin dari suami saya untuk menerima Hasan,” tambah Mutiah.

Dengan heran, Fatimah pun bertanya, “Bukankah Hasan anak kecil?” “Iya, tapi dia laki-laki dan saya belum dapat izin dari suami,” kata Mutiah. Atas hal itu, Fatimah pun memakluminya dan berjanji akan datang besok pagi.

Keesokan harinya, Fatimah datang lagi ke rumah Mutiah. Kali ini, dia bersama Hasan dan Husein. Namun, jawaban yang sama disampaikan Mutiah karena dia hanya mendapatkan izin untuk menerima Fatimah dan Hasan, tapi tidak untuk Husein. Lalu, Fatimah kembali pulang ke rumahnya dan berjanji akan datang lagi besok.

Esok harinya, Fatimah datang lagi bersama Hasan dan Husein. Setelah memberi salam dan menyampaikan kedatangannya bersama kedua anaknya, Mutiah pun menyambutnya dengan penuh gembira. Mutiah menyampaikan permohonan maaf atas sikapnya dua hari terakhir yang menolak kedatangan Fatimah ke rumahnya disebabkan belum adanya izin dari sang suami. Atas hal ini, Fatimah pun memakluminya.

Selama di rumah Mutiah, Fatimah tak menemukan suatu ibadah yang menunjukkan Mutiah layak mendapat kehormatan sebagai calon penghuni surga. Fatimah melihat sebuah cambuk di atas meja. Ia pun menanyakan hal itu kepada Mutiah. “Cambuk itu selalu aku letakkan di sisi suamiku,” ujar Mutiah. “Apakah suami suka memukulmu?” tanya Fatimah.

Mutiah menjawab bahwa suaminya adalah seseorang yang sangat sayang kepada dirinya. Lalu, mengapa cambuk itu diberikan kepada suaminya? “Saya memberikan cambuk itu padanya agar apabila dia melihat sesuatu yang salah dan kurang dari pelayanan yang kuberikan, dia bisa memukulku. Alhamdulillah, selama ini suamiku belum pernah mempergunakannya untuk mencambuk diriku,” jawab Mutiah.

Fatimah pun kagum akan kesetiaan dan kehormatan yang senantiasa dijaga oleh Mutiah bila suaminya sedang tidak berada di rumah. Karena itu, pantaslah Mutiah mendapat predikat calon penghuni surga. Wallahu a’lam.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/17/lxxipd-calon-penghuni-surga
Redaktur: Heri Ruslan

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Kelembutan Hati

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh H Imam Nur Suharno MPdI

Ada seorang syekh melihat seorang anak berwudhu di tepi sungai sambil menangis. Syekh tersebut bertanya, “Wahai anak, mengapa engkau menangis?”

Anak tersebut menjawab, “Saya membaca ayat Alquran, hingga sampai ayat: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS At-Tahrim [66]: 6). Saya takut, jangan-jangan Allah memasukkan saya ke neraka.”

Syekh tersebut berkata, “Wahai anak kecil, kamu tidak akan disiksa, karena kamu belum baligh, jangan merasa takut, kamu tidak berhak memasuki neraka.”

Anak kecil tersebut menjawab, “Wahai syekh, engkau adalah orang yang pandai, tidakkah syekh tahu bahwa seorang yang menyalakan api untuk satu keperluannya itu memulai dengan kayu-kayu yang kecil baru kemudian yang besar.”

Seraya menangis seorang syekh tersebut berkata, “Anak ini lebih takut kepada neraka daripada saya.”

Itulah gambaran kelembutan hati seseorang yang dibingkai dengan iman. Seorang yang betul-betul beriman dan senantiasa bertambah keimanannya akan semakin peka dan mudah merasai sesuatu, karena semua perkara akan dilihat dari kehendak-kehendak Allah, bukan dari kehendak-kehendaknya.

Seorang yang beriman kepada Allah pasti akan sedih apabila tidak dapat bersedekah karena tidak memiliki harta, akan takut apabila azab akan menimpa dirinya sewaktu-waktu, akan bersedih bila tidak mampu membantu orang-orang yang susah, akan meneteskan air mata kesedihan apabila melihat anak-anak yang terlantar, akan harap apabila nanti dimasukkan ke dalam surga, akan gembira apabila imannya terus kekal hingga ke penghujung usia, dan begitu seterusnya.

Rasulullah SAW pernah bersabda, “Demi Allah, seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kamu akan sedikit tertawa dan akan banyak menangis.” (HR Tirmidzi).

Seorang Tabi’in pernah berkata, “Siapa diberi ilmu dan tidak membuatnya menangis maka lebih baik baginya untuk tidak diberi ilmu, kerana Allah telah menerangkan bahwa sifat orang yang berilmu itu adalah menangis.” (HR Ad-Daraami).

Oleh karena itu, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa orang yang takut kepada Allah (karena kelembutan hatinya) adalah orang-orang yang berilmu, sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (orang-orang yang berilmu).” (QS Fathir [35]: 28). Wallahu a’lam.

sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/16/lxuo3z-kelembutan-hati
Redaktur: Heri Ruslan

STMIK AMIKOM

Monday, January 16, 2012

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Terlambat Sadar

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof Dr Yunahar Ilyas

Suatu hari, selesai memberikan pengajian di sebuah masjid, seorang jamaah mendekati dan menyalami saya. Tampaknya ada sesuatu yang mau disampaikan. Tetapi, karena masih ada jamaah lain maka pembicaraan kami bersifat umum saja. Setelah jamaah lain pamit dan tinggal kami berdua, barulah dia mulai menyampaikan persoalannya. "Sekarang saya baru sadar Ustaz."

Sambil melihat sekeliling, memastikan tidak ada jamaah yang datang, dia melanjutkan. "Begitu pandainya saya menyembunyikan, sehingga tidak ada yang tahu." Saya mulai menduga-duga ke mana arah pembicaraan. Sepertinya dia mau memberikan sebuah pengakuan. Barangkali dia berselingkuh, istri, mertua, orang tua, dan teman-temannya tidak tahu. Sekarang betapa banyaknya laki-laki berselingkuh dan pandai menyembunyikan perselingkuhannya.

"Menyembunyikan apa, Pak?" tanya saya. Karena dia tidak segera menjawab, saya sampaikan dugaan yang ada dalam pikiran saya. "Maaf, apa Bapak berselingkuh?" Dia malah tertawa. "Bukan Ustaz, saya tidak punya potongan untuk berselingkuh. Saya dulu peminum Ustaz." Dia diam sebentar, sepertinya mengingat masa mudanya. "Sejak muda saya sudah peminum. Bermacam-macam minuman keras sudah saya coba. Mula-mula yang berkadar alkohol rendah, lalu meningkat dengan kadar alkohol yang lebih tinggi. Sampai kemudian saya menikah."

"Apakah setelah menikah Bapak masih minum?" Dia menjawab masih minum. "Apakah mertua, terutama istri Bapak tidak melarangnya?" selidik saya. "Di situlah masalahnya Ustaz. Saya pandai sekali menyembunyikannya. Tidak ada yang tahu," jawabnya sambil sesekali melihat kiri kanan khawatir ada yang datang.

"Hebat sekali Bapak menyembunyikannya. Bertahun-tahun jadi peminum kok tidak ada yang tahu." Mendengar pujian saya bernada sinis itu dia tersenyum, tapi senyumnya kecut. Rupanya Bapak itu pandai mengatur kapan minum, di mana boleh minum, dan di mana tidak minum. Barangkali dia juga pandai mengatur di mana dan jam berapa boleh mabuk. Jarang peminum yang bisa menyembunyikan kebiasaan buruknya itu dalam waktu cukup lama dari keluarganya.

"Sekarang tentu Bapak sudah taubat kan?" tanya saya. Kalau orang sudah rajin shalat berjamaah di masjid dan mendengarkan pengajian, dapat dipastikan sudah bebas dari hal-hal semacam itu. Tidak mungkinlah peminum rajin ke masjid. Dengan anggukan dia menjawab, "Ya, Ustadz. Saya sudah taubat, tapi sudah terlambat." Segera saya yakinkan dia, bahwa tidak ada istilah terlambat untuk taubat. Selagi nyawa masih di kandung badan tetap dapat bertaubat. "Betul Ustaz," jawab dia.

"Kalau hubungannya dengan dosa, mudah-mudahan dosa saya diampuni oleh Allah SWT. Tetapi dari kesehatan, saya sudah terlambat sadar. Dokter menyatakan liver saya sudah berlobang akibat sering minum minuman keras. Beberapa waktu lalu saya dirawat di rumah sakit, karena perut saya bengkak." Saya kemudian membesarkan hatinya, semoga penyakitnya segera disembuhkan Allah SWT.

Itulah pertemuan saya yang terakhir dengan jamaah tersebut. Beberapa waktu kemudian dia meninggal dunia setelah kembali dirawat karena sakit livernya. Sering orang baru sadar dengan larangan Allah SWT setelah mengalami akibatnya sendiri.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/14/lxsmvg-terlambat-sadar
Redaktur: Heri Ruslan

STMIK AMIKOM

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Sembilan kemuliaan Tahajjud

Rasulullah bersabda, "Barang siapa menjaga tahajjud dengan sungguh-sungguh, maka Allah memberinya sembilan kemuliaan (lima di dunia dan empat di akhirat).
Di dunia:
1. Allah jauhkan dari bencana
2. Tanda kesholehan memancar diwajahnya
3. Akan dicintai hamba Allah yang sholeh dan disegani manusia
4. Bicaranya jadi hikmah
5. Mudah faham Agama Allah.


Diakhirat:
1. Bangkit dengan wajah penuh cahaya
2. Mudah saat hisab
3. Seperti kilat menyambar saat melintas shirot
4. Menerima catatan amal dari sebelah kanan.Subhanallah.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/13/lxqexd-sembilan-kemuliaan-tahajjud
Redaktur: Slamet Riyanto

STMIK AMIKOM

Saturday, January 14, 2012

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Bagaimana Agar Semangat Tahajjud ?

1. Bertekad sungguh sungguh-sungguh
2. Kenali rahasia, hikmah dan keutamaan tahajjud
3. Minta nasehat ulama
4. Bersahabat dengan sahabat penikmat tahajjud
5. Bergabung dengan group Tahajjud Call
6. Sebagaima Rasululllah selalu menyegerakan tidur setelah sholat isya
7. Saling mengingatkan keluarga dan sahabat untuk saling membangunkan
8. Berwudhu sebelum tidur
9. Berdoa disertai niat tahajjud
10. Bisa dibantu dengan mengaktifkan jam weaker
11. Datangilah Majlis yang guru dan jamaahnya mengamalkan tahajjud
12. Bayangkan bahwa besuk kita mati

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/13/lxqeol-bagimana-agar-semangat-tahajjud
Redaktur: Slamet Riyanto

STMIK AMIKOM

Thursday, January 12, 2012

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Tahajud Tradisinya Orang-orang Saleh

Sahabatku tercinta fillah bacalah dengan Iman surah al Isra ayat 79, "Hendaklah kalian bangun disebagian malam untuk sholat tahajjud sebagai sholat sunnah tambahan bagimu, niscaya Allah akan menempatkanmu pada "maqoomam mahmuuda" kedudukan yang terpuji".

Rasulullah bersabda," Sesungguhnya kemuliaan seorang mukmin itu ada pada shalat malamnya". Sungguh terpuji dimata Allah, dimata para Malaikat-Nya dan dimata mahluk-Nya bagi penegak tahajjud... karena itulah tahajud adalah " da'bush Shoolihiin" tradisinya orang-orang saleh... Ayo raih kemuliaan hidup kita dengan selalu shalat malam!

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/11/lxihi8-tahajud-tradisinya-orangorang-saleh

Redaktur: Slamet Riyanto

STMIK AMIKOM

Wednesday, January 11, 2012

Outbound SDIT Anak Sholeh Sedayu Bantul di JAZ Kompleks AURI

Semester ini siswa dan siswi SDIT Anak Sholeh Sedayu Bantul mengadakan outbound di Jogja Adventure Zone di Kompleks AURI Adi Sucipto.
Outbound kali ini gabungan antara siswa-siswi KB-TK-SDIT Anak Sholeh.
Pemberangkatan dipusatkan di kompleks Anak Sholeh Gunung Bulu. Sesuai jadwal, waktu pemberangkatan adalah pukul 7.00 pagi, tetapi karena banyaknya murid menjadikan waktu pemberangkatan mundur 30 menit.

Rombongan diberangkatkan pukul 7.30 dengan mengendarai 3 bis besar. Waktu tempuh untuk sampai ke kompleks JAZ adalah 45 menit. Pukul 8.15 rombongan sudah sampai di kompleks outbound. Ada sedikit pengalaman, bahwa parkir bisnya salah, sehingga perlu waktu beberapa saat untuk mundur dan memarkir pada tempat yang disiapkan pengelola.

Tuesday, January 10, 2012

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Tanda-tanda Hati yang Mati

1. Berani meninggalkan sholat
2. Tenang tanpa merasa berdosa pdahal sedang melakukan dosa besar
3. Tidak tersentuh hatinya bahkan menjauh dengan ayat-ayat Al-Qur'an
4. Terus menerus maksiyat
5. Sibuknya hanya mempergunjing dan buruk sangka
6. Sangat benci dengan nasehat baik dan ulama
7, Tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, kuburan dan akhirat
8. Gilanya pada dunia tanpa peduli dosa
9. Senang melihat orang susah dan menderita.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/01/09/lxignk-tandatanda-hati-yang-mati

Redaktur: Slamet Riyanto

STMIK AMIKOM

Monday, January 9, 2012

Hikmah SDIT Anak Sholeh Sedayu : Bergerak itu Berkah

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh : Meylina Hidayanti

Ibnul Qoyyim rahimatulullah pernah berkata, ''Suatu keuntungan, kebaikan, kenikmatan, kesempurnaan, semuanya tak akan diperoleh, kecuali dengan merasakan kesulitan.'' Menurutnya, semua itu tak bisa dicapai kecuali melewati jembatan keletihan. Semua orang cerdik pandai sepakat bahwa kenikmatan tidak didapati melalui kenikmatan. Dan bahwa orang yang lebih mengutamakan istirahat, kelak akan kehilangan istirahat.

Ia melanjutkan, ''Dan bahwa kebahagiaan dan kenikmatan itu tergantung sejauh mana seseorang melewati kengerian dan memikul beban dalam memperolehnya. Tak ada kebahagiaan bagi orang yang tak memiliki obsesi untuk bahagia. Tak ada kelezatan bagi orang yang tak bersabar memperolehnya. Tak ada kenikmatan bagi orang yang tidak mau berkorban untuk kenikmatan, tidak ada istirahat bagi orang yang tak mau berletih-letih untuk istirahat.''

Maka, berjuang dan perjuangkanlah untuk menggapai apa yang ingin kau capai.Uuntuk meraih apa yang ingin kau raih, maka teruslah bergerak. Bergerak dengan perlahan namun pasti. Bersabar dan terus tegar. “Wajib bagi seseorang yang cerdas untuk berusaha menggapai puncak yang bisa ia capai. Andaikata anak adam bisa membayangkan bahwa ia sanggup ke langit maka anda akan melihat bahwa diamnya ia di bumi adalah perkara yang sangat dibenci,” ucap Ibnu Jauzi.

Bergeraklah…
Alam mengajarkan kita untuk senantiasa bergerak agar tercipta sebuah kesempurnaan sebagaimana fungsinya ia diciptakan. Sebagaimana air, apabila ia terus tergenang dalam sebuah wadah, maka ia akan jauh dari sebuah nilai kebermanfaatan dan kenikmatan, karena menimbulkan beragam jentik-jentik penyakit di dalamnya.

"Menjadi ada adalah karunia, sebab kita tidak dapat mengadakan diri kita sendiri. Tapi menjadi ada saja tidaklah cukup, kita ada karena diperintahkan untuk memiliki makna,” kata Ahmad Zairofi.

Begitulah hakikat sebuah kebermaknaan dalam penciptaan, untuk terus bergerak menghadirkan kebermanfaatan dan perubahan. Sebagaimana bumi dan matahari yang tak pernah malas untuk bergerak. ia terus berputar pada porosnya sehingga tercipta keseimbangan dalam alam galaksi bima sakti. “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya…”(QS.36:38).

Sebagaimana pula dalam sebuah siklus hidrologi, uap air pun terus bergerak. “Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya…” (QS.24 : 43).

Bergerak adalah Keberkahan...
Mukmin yang cerdas adalah yang senantiasa mampu mengendalikan diri dan menata dirinya untuk hari esok. Sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah saw pada salah satu hadis, bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Jika hari ini sama dengan hari kemarin, maka kita termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi.

Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS.Al Hasyr:18).
Bagaimana mungkin kita mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat jika enggan untuk bergerak?

Maka,
Teruslah bergerak, untuk menghasilkan sebuah kebermaknaan dalam penciptaan.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/09/lxismx-bergerak-itu-berkah
Redaktur: Heri Ruslan
Sumber: Meylina Hidayati

STMIK AMIKOM